Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

23 Oktober 2018   19:19 Diperbarui: 9 November 2018   16:14 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Sebelas

Keris Sang Peramal 

*

Kami berhenti pas didepan Pendapa ( Jawa = Pendopo) rumah yang memiliki empat tiang utama di depannya itu. Mataku berkeliling menatap kesekeliling ruangan terbuka yang terlihat megah dan berwibawa namun menunjukan suasana akrab itu.

Sambil mengajakku terus berjalan melewati ruangan yang terbuka ini, wanita berkulit hitam manis itu berkata. " Biasanya ruangan ini digunakan untuk aktivitas formal, seperti pertemuan, tempat pagelaran seni wayang kulit dan tari-tarian, serta upacara adat. " katanya lagi sambil terus mengajakku berjalan melewati lorong yang terletak diantara pendapa dan rumah dalam (Jawa = omah njero).

Setelah berjalan melewati teras depan yang memiliki lebar sekitar 2 meter serta memiliki sepasang kursi dan meja yang terbuat dari kayu jati itu. Wanita berkulit hitam manis ini mengajakku masuk ke bagian dalam rumah yang memiliki desain rumah adat jawa atau biasa disebut dengan rumah Joglo ini.

Mataku menatap isi ruangan yang kulihat di jadikan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda berharga, seperti harta keluarga atau pusaka semacam keris, dan lain sebagainya itu.

Ditengah ruangan, kulihat sesosok pria mengenakan tutup kepala yang terbuat dari batik atau biasa disebut dengan Blangkon berwarna hitam itu sedang duduk bersila dengan kedua mata terpejam menghadap kearah dupa yang mengeluarkan asap tebal berwarna putih serta mengeluarkan aroma wangi kemenyan yang terbakar.

Sambil melihat kearah pria yang sepertinya tengah bersemedi itu, aku berpaling kearah wanita berkulit hitam manis yang memiliki wajah cantik sedikit pucat tanpa riasan makeup disampingku ini.

 " Itu Siapa? " Tanyaku, sambil menunjuk kearah pria berpakaian serba hitam yang kulihat tengah duduk bersila seperti orang yang sedang melakukan semedi itu.

" Dialah Sang Peramal yang ingin bertemu dengan abang itu. " Katanya lagi. Wajahnya kulihat sedikit tegang ketika menyebut julukan pria berpakaian serba hitam di tengah ruangan itu.

Kutatap wajah dingin pria berkumis tebal yang mengenakan blangkon dan setelan pakaian berwarna hitam didepanku itu. Sambil tersenyum pada wanita cantik yang memiliki wajah sedikit pucat tanpa riasan makeup disampingku itu, aku kembali bertanya.

" Kenapa kakak kulihat seperti orang ketakutan melihat pria didepan itu? " Tanyaku lagi pada wanita berkulit hitam manis disampingku ini.

Sambil menggigit bibir tebalnya yang berwarna merah basah alami itu. Dia berkata lirih sambil melihat kedua mataku.

" Tolong selamatkan anak kakak dari cengkraman lelaki di depan itu bang.." Katanya lirih, sambil menunjuk kearah sebilah keris luk tiga yang kulihat tengah berdiri didepan lelaki yang sedang duduk bersemedi di tengah ruangan itu.

Kutatap keris luk tiga yang sedang berdiri sambil terus berputar diantara tumpukan kembang setaman di depan pria berpakaian serba hitam itu, masih sedikit bingung, sekali lagi kutatap wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup ini.

"Bagaimana mungkin keris berluk tiga itu dia bilang adalah anaknya? Apakah dulu dia pernah melahirkan sebilah keris? " Pikirku, sambil melirik kearah wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup disampingku ini.


Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah.

Kurengkuh bahu wanita berkulit hitam manis yang sedang menangis sesegukan itu  sambil menahan beberapa pertanyaan yang masih terasa mengganjal di dalam hatiku saat ini, sambil mengusap kepala wanita yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam yang saat ini sedang merebahkan kepalanya di bahuku itu.

Setahuku, pembuatan hingga proses penyepuhan sebilah keris itu bervariasi dari satu empu ke empu lainnya. Dan selain cara Penyepuhan yang lazim seperti pada umumnya, dalam penyepuhan Keris dikenal pula istilah Sepuh jilat yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dijilati dengan lidah, Sepuh Akep yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dikulum dengan bibir beberapa kali dan yang terakhir adalah Sepuh Saru yaitu pada saat logam Keris masih membara diambil dan dijepit dengan alat kelamin wanita (Vagina). Sepuh Saru ini yang terkenal adalah Nyi Sombro, bentuk kerisnya tidak besar tapi disesuaikan dan biasanya model keris sepuh Saru ini tidak memiliki luk seperti kebanyakan keris pada umumnya.

Apakah wanita cantik berwajah sedikit pucat itu dulunya juga adalah seorang empu pembuat keris? Sehingga dia tadi mengatakan bahwa keris berluk tiga di depan pria yang berpakaian serba hitam itu adalah anaknya. Dengan suara sedikit perlahan. Aku kembali bertanya pada wanita cantik berwajah sedikit pucat yang masih membenamkan sebagian wajahnya sambil menangis di dadaku ini.

 " Apakah keris luk tiga itu adalah anak kakak dari suami pertama kakak dulu? " Tanyaku sedikit berhati-hati pada wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup yang matanya terlihat sembab sambil menangis sesegukan didadaku ini.

" Iya.." Jawabnya pelan sambil melepaskan pelukannya dari tubuhku.

" Bagaimana bisa? Anak lelaki kakak yang berusia 10 tahun itu berubah menjadi sebilah keris yang berwarna hitam pekat didepan itu? " Tanyaku sedikit bingung sambil terus memperhatikan keris berluk tiga yang kulihat masih terus berputar diatas taburan kembang setaman itu.

" Beberapa waktu yang lalu dia menculiknya, lalu mengurungnya ditempat itu." Katanya lagi sambil menunjuk kearah pria berpakaian serba hitam dan keris yang masih terus berputar diatas kembang setaman itu secara bergantian.

Sekali lagi kutatap keris berwarna hitam pekat diujung sana, dan wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup  disampingku ini. Bagaimana mungkin anak usia 10 tahun itu bisa di kurung dan dimasukan oleh pria berpakaian serba hitam itu kedalam sebilah keris yang memiliki panjang sekitar  15 cm dan lebarnya sekitar 13 inci itu?

" Tolong selamatkan dia bang.." katanya lagi penuh harap, sambil terus menatap kearah keris berwarna hitam pekat di depan pria yang mengenakan pakaian serba hitam itu dengan perasaan cemas.

Kutatap wajah wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup  yang kulihat sedang begitu cemas itu. Sambil tersenyum, aku berusaha menenangkannya. setelah tangisnya reda. Aku kembali bertanya pada wanita yang masih berusaha menahan isak tangisnya ini.

" Apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkannya? " Tanyaku lagi.

" Saat ini dia sedang dipaksa oleh Sang Peramal itu untuk pergi ke masa depan.." Katanya lirih sambil terus menatap dengan perasaan cemas kearah sebilah keris luk tiga yang masih terus berputar di depan pria berpakaian serba hitam yang masih memejamkan kedua matanya itu.

"Dia bisa mati bang..Tubuhnya akan hancur seperti debu ditiup angin begitu dia memasuki lapis langit ketiga." Katanya lagi dengan suara sedikit tercekat.

Kutatap keris berwarna hitam diujung sana dan wanita berkulit hitam manis disampingku ini secara bergantian, masih sedikit bingung dengan penjelasannya barusan, aku coba menahan diri untuk tidak terlalu banyak bertanya dalam kondisi yang seperti ini. Aku coba sabar, sambil menunggu dia sedikit tenang, aku berharap dia akan segera melanjutkan penjelasannya lagi.

" Dia adalah Sang Peramal yang di dalam dunia politik di juluki " Dukun Politik " katanya lagi masih dengan suara terbata-bata sambil menunjuk kearah pria berwajah dingin yang memiliki kumis tebal melintang diatas bibirnya itu.

" Dia terkenal dengan ramalannya terkait dinamika politik domestik maupun global, berdasarkan Jongko Joyoboyo. Joyoboyo adalah seorang pujangga kerajaan Kediri yang punya pengaruh besar dalam budaya Jawa.

Awalnya dia begitu menginginkan kakak, karena dia tau kakak memiliki mustika kembang Wijaya Kusuma yang dia percaya adalah mustikanya para raja. Tujuan dia ingin memiliki mustika Wijaya Kusuma itu adalah untuk diberikan pada salah satu Capres yang akan bertarung pada Pilpres 2019 mendatang." Katanya lagi masih dengan suara pelan.

" Tapi kakak tidak mungkin memberikan mustika itu padanya. Sebab kakak hanya akan memberikan mustika itu pada lelaki yang benar-benar kakak cintai, bukan pada sembarang pria.." Katanya lirih, sambil menatap sayu kearahku.

Jujur saja aku masih sedikit bingung dengan penjelasnnya barusan, apa hubungan antara " Dukun Politik " yang ingin bertemu denganku, keris yang sedang berputar diatas kembang setaman, pria berkumis tebal yang begitu menginginkan wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup itu karena tau kalau wanita ini memiliki mustika kembang Wijaya Kusuma. Serta capres yang akan bertarung pada pilpres 2019 nanti?

Mengenai asal usul Mustika kembang Wijayakusuma ini, silahkan baca Wanita di Penghujung Malam Bagian Sepuluh


" Jadi apa yang dia inginkan dariku? " tanyaku lagi pada wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup di sampingku ini.

" Dia ingin bertanya tentang siapa yang akan menjadi Presiden pada pilpres 2019 nanti. " Katanya lagi dengan suara tercekat.

" Masa depan itu terletak dilapis langit ketujuh, sementara kami hanya mampu sampai dibatas lapis langit ke tiga, jika sampai melewati batas langit ketiga itu, maka tubuh kami akan hancur seperti debu ditiup angin." Katanya lagi begitu yakin bahwa masa depan itu berada dilapis langit ketujuh.

Jujur saja aku bertambah bingung saat ini. Jangankan untuk pergi kemasa depan utuk melihat siapa capres yang yang terpilih pada pilpres 2019 nanti, untuk melihat apa yang akan terjadi sedetik dari sekarangpun aku tidak mampu.

" Dia tau hanya Sang Waktu yang mampu berjalan hingga ke lapis langit ketujuh. " Katanya lagi meneruskan kata-katanya, sambil menatap sayu kearahku.

" Aku bukan Sang Waktu." Kataku pelan sambil menatap kedua mata sembabnya.

" Kakak akan berikan apapun yang abang inginkan, tolong dia bang.." katanya lirih sambil menunjuk kearah keris berwarna hitam didepan lelaki yang berpakaian serba hitam ditengah ruangan.

Lelaki berpakaian serba hitam ditengah ruangan itu kulihat sudah mulai membuka kedua matanya. Sambil tersenyum kearah keris berwarna hitam pekat yang sudah berhenti berputar, dia memandang kesekeliling ruangan.

 " Sepertinya dia tidak bisa melihat keberadaan kita disini. " Kataku pada wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup disampingku ini.

" Pria itu tidak bisa melihat, apalagi berbicara dengan kita, tapi wanita itu bisa bang." Katanya lagi sambil menunjuk kearah perempuan muda yang kulihat baru saja masuk kedalam ruangan dimana pria berpakaian serba hitam itu berada.

" Di dunia politik, dia yang akan menjadi penghubung antara abang dengan pria berpakaian serba hitam itu." Katanya lagi.

Sedikit kaget dengan ucapannya barusan, kutatap wanita tinggi semampai berambut pendek sebahu dengan model rambut bob ala Kylie Jenner yang baru saja masuk kedalam ruangan itu. Wanita cantik yang mengenakan sleeveless maxi dress berwarna hitam dengan aksen button serta kain seperti selendang berwarna hitam yang dipakai untuk menutupi belahan dadanya itu, kulihat langsung duduk disamping pria berpakaian serba hitam yang baru saja selesai melakukan semedi itu.

Sekali lagi kutatap wajah wanita muda berusia sekitar 35 tahun yang memakai kacamata berwarna hitam itu.  Merasa seperti pernah melihat seraut wajah yang sudah tidak begitu asing lagi buatku itu. Secara reflek aku menoleh kearah wanita berkerudung panjang berwarna hitam yang sedari tadi berada disampingku ini.

Setengah berkeliling, mataku menyapu seisi ruangan. Tapi wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup yang sedari tadi bersamaku itu. Saat ini entah sedang berada dimana. Masih sedikit bingung, sekali lagi kutatap wajah wanita cantik berkacamata hitam yang saat ini sedang menatap sambil tersenyum manis kearahku.


Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun