Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

23 Oktober 2018   19:19 Diperbarui: 9 November 2018   16:14 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Iya.." Jawabnya pelan sambil melepaskan pelukannya dari tubuhku.

" Bagaimana bisa? Anak lelaki kakak yang berusia 10 tahun itu berubah menjadi sebilah keris yang berwarna hitam pekat didepan itu? " Tanyaku sedikit bingung sambil terus memperhatikan keris berluk tiga yang kulihat masih terus berputar diatas taburan kembang setaman itu.

" Beberapa waktu yang lalu dia menculiknya, lalu mengurungnya ditempat itu." Katanya lagi sambil menunjuk kearah pria berpakaian serba hitam dan keris yang masih terus berputar diatas kembang setaman itu secara bergantian.

Sekali lagi kutatap keris berwarna hitam pekat diujung sana, dan wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup  disampingku ini. Bagaimana mungkin anak usia 10 tahun itu bisa di kurung dan dimasukan oleh pria berpakaian serba hitam itu kedalam sebilah keris yang memiliki panjang sekitar  15 cm dan lebarnya sekitar 13 inci itu?

" Tolong selamatkan dia bang.." katanya lagi penuh harap, sambil terus menatap kearah keris berwarna hitam pekat di depan pria yang mengenakan pakaian serba hitam itu dengan perasaan cemas.

Kutatap wajah wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan makeup  yang kulihat sedang begitu cemas itu. Sambil tersenyum, aku berusaha menenangkannya. setelah tangisnya reda. Aku kembali bertanya pada wanita yang masih berusaha menahan isak tangisnya ini.

" Apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkannya? " Tanyaku lagi.

" Saat ini dia sedang dipaksa oleh Sang Peramal itu untuk pergi ke masa depan.." Katanya lirih sambil terus menatap dengan perasaan cemas kearah sebilah keris luk tiga yang masih terus berputar di depan pria berpakaian serba hitam yang masih memejamkan kedua matanya itu.

"Dia bisa mati bang..Tubuhnya akan hancur seperti debu ditiup angin begitu dia memasuki lapis langit ketiga." Katanya lagi dengan suara sedikit tercekat.

Kutatap keris berwarna hitam diujung sana dan wanita berkulit hitam manis disampingku ini secara bergantian, masih sedikit bingung dengan penjelasannya barusan, aku coba menahan diri untuk tidak terlalu banyak bertanya dalam kondisi yang seperti ini. Aku coba sabar, sambil menunggu dia sedikit tenang, aku berharap dia akan segera melanjutkan penjelasannya lagi.

" Dia adalah Sang Peramal yang di dalam dunia politik di juluki " Dukun Politik " katanya lagi masih dengan suara terbata-bata sambil menunjuk kearah pria berwajah dingin yang memiliki kumis tebal melintang diatas bibirnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun