Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pohon Kehidupan

21 Juli 2018   21:53 Diperbarui: 4 Februari 2019   16:00 2321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kemana kita lagi?” tanyaku pada teman-temanku. Akhirnya kami sepakat untuk segera kembali ke Hotel di mana kami menginap selama beberapa hari ini.

Jika boleh kurangkum pembicaraan kami sedari tadi, maka kurang lebih adalah seperti ini, menurut pak Mario teduh jika kita mau belajar filosofi hidup dari sebatang pohon, maka ada tiga hal yang dapat kita ambil hikmahnya.

Yang pertama adalah, Pohon tidak makan dari buahnya sendiri. Buah adalah hasil dari pohon, dari manakah pohon memperoleh makanan? Pohon memperoleh makanan dari tanah, semakin dalam akar nya berarti akan semakin mudah baginya untuk menyerap nutrisi lebih banyak. Ini berbicara tentang kedekatan hubungan kita antara atasan dan bawahan, begitupun dengan Sang Pencipta sebagai Sumber Kehidupan kita.

Yang kedua, pohon tidak tersinggung ketika buah nya dipetik orang. Kadang kita protes, kenapa kita yang bekerja keras tetapi yang menikmati justru orang lain. Dan ini bicara tentang prinsip memberi, di mana kita bukan bekerja untuk hidup, tetapi bekerja untuk memberi buah. Apa artinya? Kita bekerja keras supaya kita dapat memberi lebih banyak kepada orang lain yang membutuhkan, bukan untuk kenikmatan sendiri.

Dan yang ketiga adalah, Buah yang dihasilkan pohon itu menghasilkan Biji, dan Biji itu Menghasilkan Multiplikasi. Ini bicara tentang bagaimana hidup kita memberikan dampak terhadap orang lain. Pemimpin itu bukan masalah posisi atau jabatan. Tapi masalah pengaruh dan inspirasi yang diberikan kepada orang lain.


Untuk sesaat kami diam, seperti sedang asik dengan fikiran masing-masing, sambil menikmati alunan musik di dalam mobil. Sore ini kami menikmati lagu yang di bawakan oleh salah satu band legendaris di Indonesia. Saat ini aku merasa nyaman sekali mendengar lagu ini, di antara lampu-lampu jalanan yang mulai  menyala. Di antara alunan musik lagu Yogyakarta yang terasa begitu bernyawa, lagu yang di bawakan oleh Kla Project itu, di sore menjelang malam. Mobil yang kami tumpangi terus berjalan menyusuri jalanan kota Yogyakarta.

Hem.. aku suka lagu ini. Aku suka dengan kota ini! Jujur saja selama beberapa hari di kota ini aku telah jatuh cinta dengan keramah tamahan dan kesederhanaan orang-orang disini. Tanpa terasa mobil yang kami tumpangi sudah berhenti. Kami telah sampai di depan hotel di mana kami menginap selama beberapa hari di kota ini.

“Besok datang lagi ya. Jangan bosan berkunjung ke kota ini,” kata pak Mario Teduh sambil tersenyum kepada kami. “Insyaallah kami pasti datang lagi ke kota ini pak,” jawabku sambil tersenyum kepadanya.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun