Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wanita Berkerudung Bergo Panjang Merah Marun

7 Juni 2018   02:01 Diperbarui: 3 Maret 2019   20:16 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Sembilan

Pernikahan Ghaib

9-pernikahan-ghaib-1-5b1d6ef1cf01b452594b05e6.jpg
9-pernikahan-ghaib-1-5b1d6ef1cf01b452594b05e6.jpg
*

SEMUA proses pernikahan berlangsung begitu cepat. Saat ini aku tengah duduk di atas pelaminan, mengenakan baju pengantin, bersanding dengan seorang wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya. Wajahnya begitu mirip dengan wanita berkulit sawo matang yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun, hanya saja wanita ini masih muda, usianya sekitar 27 tahun.

Wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan Mahkota kecil di kepalanya ini mengajakku turun dari kursi pelaminan. Meninggalkan kemeriahan pesta pernikanan kami, perlahan dia membawaku berjalan menuju kamar pengantin, membuka pintu kamar, lalu menarikku masuk ke dalam kamar. 

Dan tiba--tiba saja kami sudah berada di dalam kamar tempat di mana Wanita berkulit sawo matang yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun ini tadi membakar Damar wangi.

Aroma khas wangi gaharu masih tercium santar, Wanita cantik yang mengenakan Kebaya Pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan Mahkota kecil di kepalanya yang baru saja kunikahi ini memelukku, kubalas pelukannya. Kulumat bibirnya. 

Cukup lama kami berpelukan, sampai tiba-tiba wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya ini berubah menjadi wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur yang tadi mengurutku.

Secara reflek aku melepaskan pelukanku ketubuhnya.

"Kenapa? Abang kecewa karena perempuan cantik tadi berubah jadi jelek kayak emak ini?" katanya sambil tersenyum menatap mataku, ketika tadi tiba-tiba aku melepaskan pelukanku karena kaget. 

Tidak kujawab, tapi aku langsung menariknya kembali, kupeluk erat. Sambil berbisik di telinganya.

"Kenapa harus kecewa? Emak tahu nggak, apa yang kupikirkan waktu pertama kali bertemu emak, pas membawakan kopi kemarin?" tanyaku balik pada wanita yang masih berada di dalam dekapanku ini.

"Apa yang abang pikirkan?" tanyanya, sambil menatap mataku. "Jujur saja, pada saat pertama kali melihat emak kemarin, aku begitu menginginkan ini" kataku sambil meraba 'itu' nya, lalu ter tawa lepas.

Tangannya langsung bergerak mencubit perutku, lalu setengah berbisik, dia berkata di telingaku.

"Dasar mesum!" katanya lagi sambil menggigit bibirnya sendiri. "Tapi emak suka kan?" jawabku balik menggodanya. 

Dia hanya diam. Mukanya bersemu merah, semerah kerudung bergo panjang warna merah marun yang di kenakannya.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun