Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Naskah Cerita

28 Mei 2018   04:36 Diperbarui: 11 Februari 2019   22:23 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga yang terakhir, beberapa orang menyeretku keluar dari istanaku, mengusirku begitu saja. Dan kali ini aku tidak bisa tinggal diam lagi, aku marah, dan sangat marah ketika mereka bilang istriku telah pergi dengan pria idamanya, setelah menjual rumah beserta semua aset berharga yang kami miliki.

Setengah tidak percaya, kuambil surat bukti yang mereka sodorkan padaku, ternyata memang benar rumah beserta isinya sudah bukan milikku lagi, ternyata wanita yang kucintai selama ini telah menjual seluruh harta benda yang kami miliki tanpa sepengetahuanku.

Dan semua uang hasil penjualan dan semua modal bisnis yang ia pinjam dari beberapa rekan kerjaku telah dia bawa pergi bersama pria idamannya itu.

Menurut tetanggaku. Sebelum badai ini menenggelamkan bahtera rumah tanggaku, dulu dia berkenalan dengan seorang pria melalui situs pertemanan, di lanjutkan dengan melakukan beberapa kali pertemuan.

Entah apa yang ada di dalam pikiran nya kala itu, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi meninggalkan ku begitu saja.

***

Kenapa begitu ramai di makam itu? dan beberapa orang yang dulu sering memaki dan menghinaku semuanya berada disini, ada apa gerangan? kenapa mereka terlihat begitu sedih? Satu persatu mereka semua pergi meninggalkan makam, salah seorang diantara mereka ku dengar berkata kepada teman-nya;

"Semoga dia mau memaafkan kita, sayang dia keburu pulang sebelum kita sempat meminta maaf padanya, semoga dia diterima disisinya,,"

Lalu di jawab beberapa temannya; "Amien,,,"

Setelah mereka semua pergi, kudatangi pemakaman itu, ternyata ada makam baru di sebelah makam anakku. Di batu nisan itu tertulis namaku.

Kuhampiri, lalu kubersihkan tanah yang menutupi tulisan di batu nisan itu, memaang benar. Itu adalah namaku, nama yang pernah diberikan oleh kedua orang tuaku dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun