Dalam doa yang terucap
Syair indah ini mengalir, menembus langit yang tinggi.
Aceh, tanahnya para syuhada
Aceh, tanahnya para syuhada
Aceh, tanahnya para syuhada
Di tanah para syuhada, semangat tak pernah redup,
Aceh tetap hidup,
meski di bawah terik yang mendesak tubuh.
Syair ini  bukanlah sekadar syair yang berlalu,
Siang hari ini pun bukan hanya waktu yang berlalu
Ia adalah cermin keteguhan dan kisah yang tak pernah layu.
Salam hormat
teriring doa
teruntuk
para pahlawan Aceh
buat korban gempa dan tsunami Aceh
Oktober 2024,
Puisi persembahan dalam acara P5 Â kurikulum merdeka
Â
Karnaval Budaya Keberagaman dalam kebhinekaan tunggal ikaÂ
Melalui bait-bait di atas, kita seolah menyaksikan betapa kuatnya hubungan masyarakat Aceh dengan alamnya. Terik matahari diibaratkan sebagai tantangan yang dihadapi sehari-hari, namun mereka tetap teguh berdiri. Dalam teriknya siang, Aceh bukanlah tanah yang letih; justru ini menjadi momen di mana kekokohan dan ketabahan terlihat jelas.
Unsur tari Saman yang digambarkan dalam puisi juga punya makna tersendiri. Tarian tradisional ini tak hanya indah, tetapi penuh makna kolektif, menunjukkan persatuan dan harmoni yang terjalin dalam masyarakat. Kain songket yang berkilau di bawah sinar matahari semakin memperkuat kesan elegan dan membanggakan dari kebudayaan Aceh.