Mohon tunggu...
Warent Nteguh
Warent Nteguh Mohon Tunggu... Pelajar

Menulis, Membaca, Travelling, Game

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aceh: Jejak Syuhada dalam Harmoni Alam dan Tradisi

26 Oktober 2024   17:07 Diperbarui: 27 Oktober 2024   18:09 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keteguhan Aceh di Bawah Terik Siang: Merayakan Budaya dan Tradisi Lewat Puisi

Aceh selalu punya daya tarik yang khas---dari panorama alamnya yang indah hingga karakter masyarakatnya yang kokoh dalam memegang adat. Lewat puisi, kita bisa merasakan atmosfer Aceh yang kuat dan penuh makna, bahkan dalam suasana terik siang hari. Tak hanya sekadar kumpulan kata, puisi bertema Aceh mampu membawa kita menjelajah ke dalam jiwa dan semangat masyarakatnya.

Berikut ini adalah sebuah puisi yang mencoba menangkap esensi Aceh di tengah siang yang benderang:


Aceh Tanahnya Para Syuhada

Di bawah terik matahari  yang benderang,

Tanah rencong
menyala dalam pesona yang gemilang.

Gunung-gunung menjulang, melindungi rahasia alam,

Sementara laut berkilauan, menari bersama angin yang tenang.

Di pelataran desa,
 rebana mulai bertalu,

Mengiringi tari Saman
yang lincah tanpa ragu.

Kain songket bersinar
di bawah sinar yang membakar,

Menggambarkan jiwa Aceh yang tegar dan sabar.

Dalam doa yang terucap

Syair indah ini mengalir, menembus langit yang tinggi.

Aceh, tanahnya para syuhada
Aceh, tanahnya para syuhada
Aceh, tanahnya para syuhada

Di tanah para syuhada, semangat tak pernah redup,

Aceh tetap hidup,
meski di bawah terik yang mendesak tubuh.

Syair ini  bukanlah sekadar syair yang berlalu,

Siang hari ini pun bukan hanya waktu yang berlalu

Ia adalah cermin keteguhan dan kisah yang tak pernah layu.

Salam hormat
teriring doa
teruntuk
para pahlawan Aceh
buat korban gempa dan tsunami Aceh

Oktober 2024,
Puisi persembahan dalam acara P5  kurikulum merdeka
 
Karnaval Budaya Keberagaman dalam kebhinekaan tunggal ika 


Melalui bait-bait di atas, kita seolah menyaksikan betapa kuatnya hubungan masyarakat Aceh dengan alamnya. Terik matahari diibaratkan sebagai tantangan yang dihadapi sehari-hari, namun mereka tetap teguh berdiri. Dalam teriknya siang, Aceh bukanlah tanah yang letih; justru ini menjadi momen di mana kekokohan dan ketabahan terlihat jelas.

Unsur tari Saman yang digambarkan dalam puisi juga punya makna tersendiri. Tarian tradisional ini tak hanya indah, tetapi penuh makna kolektif, menunjukkan persatuan dan harmoni yang terjalin dalam masyarakat. Kain songket yang berkilau di bawah sinar matahari semakin memperkuat kesan elegan dan membanggakan dari kebudayaan Aceh.

Pesan Abadi dari Teriknya Siang

Aceh, dengan seluruh kekayaan tradisinya, berdiri tegar meski di tengah terik. Ini lebih dari sekadar gambaran fisik; ini adalah simbol dari mentalitas yang diwariskan turun-temurun. Terik siang hanyalah saksi dari keteguhan hati mereka, dari doa-doa yang terus melangit, serta dari kecintaan yang tak pernah lekang terhadap adat dan budaya.

pribadi
pribadi

Puisi ini menyampaikan bahwa di balik alam yang indah, ada cerita dan nilai yang hidup, diwariskan, dan terus dijaga. Inilah Aceh, yang di tengah panas dan tantangan sekalipun, tetap mencerminkan keteguhan yang abadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun