Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pemalas tapi Sukses

17 Juli 2023   05:42 Diperbarui: 17 Juli 2023   06:54 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest/Tania Fattah

Tulisan kali ini akan membahas tentang orang-orang pemalas. Sekarang persepsi kamu ketika pertama kali mendengarkan kata pemalas itu apa? Apa konotasi kamu tentang orang pemalas? Orang yang tidak berguna lah, orang yang punya 'madesu' (masa depan suram) lah.. Kali ini Aku akan membahas tentang.

Mungkin kamu berkata, Pemalas kok bisa sukses?. Sebetulnya ada 2 tipe pemalas. Yang pertama adalah pemalas sukses. Dan pemalas yang kedua adalah pemalas gagal. Sepertinya, orang pemalas itu identik dengan orang gagal. Ternyata tidak. 

Di dunia ini ada banyak sekali pemalas-pemalas yang sukses. Kita ambil satu contoh. Ada orang yang malas berjalan, akhirnya orang itu menciptakan sepeda. Ada orang yang malas mengayuh sepeda, akhirnya terciptalah motor. Ada orang yang malas naik motor karena kepanasan, akhirnya ada orang yang menciptakan mobil. Dan juga ada orang yang malas pakai mobil karena jarak tempuhnya jauh, sampai akhirnya ada orang yang menciptakan kereta, pesawat dan sebagainya. 

Kamu lihat, banyak pencipta-pencipta di muka bumi ini. Awalnya mereka adalah orang yang mau melakukan revolusi. Mau melakukan reformasi. Mereka mau melakukan sesuatu yang sifatnya inovatif, atau segala sesuatu yang berubah. 

Kamu tidak bisa mengatakan bahwa pemalas itu pasti negatif. Memang kata pemalas itu cenderung negatif. Tetapi, justru di balik kata pemalas itu ada PELUANG. 

Banyak orang-orang yang malas naik tangga, akhirnya terciptalah eskalator. Aku tidak mengatakan dari sudut pandang kesehatan. "Naiklah tangga, karena kamu akan lebih sehat". Tidak. 

Tetapi semua sistem transportasi, semua sistem yang diciptakan di muka bumi ini, sistem telekomunikasi, apapun itu, semua dimulai dari orang yang melihat masalah. 

Ketika kamu melihat ada masalah, maka ada banyak orang yang enggan. Dan dia bisa melihat : Mengapa orang enggan? Karena "MALAS". Mereka pun menciptakan peluang, bagaimana supaya orang bisa mengatasi rasa malas? 

Mengapa remote televisi bisa diciptakan? Itu karena awalnya ada orang yang malas berdiri. Saya tidak mengatakan ini dari segi kesehatan. Memang tidak baik. Bahkan sekarang ada orang yang membuat AC atau kipas angin menyala dengan tinggal teriak, maka AC akan menyala sendiri. 

Mereka menciptakan sesuatu yang luar biasa. Poin yang ingin ku sampaikan disini bukannya mau membenarkan orang yang malas. Tetapi, poin yang mau saya sampaikan disini adalah bagaimana orang melihat peluang di antara orang bermasalah, khususnya orang malas.

Dia melihat peluangnya, dan akhirnya dia bisa mendapatkan suatu ide untuk mengubah sesuatu. Dan karena ada orang malas bekerja, itulah sebabnya orang itu menjadi miliarder di usia muda. 

Banyak orang yang tidak mau bekerja seumur hidup. Ada orang yang pensiun sampai usia 55 tahun. PNS/POLRI mungkin sampai usia 57-60 tahun. 

Tetapi, kamu tidak harus bekerja seumur hidup kami untuk mencukupi kebutuhan finansial kamu. 

Karena itulah sekarang banyak guru-guru financial dunia yang pada usia 25-30 tahun sudah mendapatkan freedom. Mereka sudah bebas. Mereka tidak perlu bekerja seumur hidupnya untuk mencari nafkah kehidupan. Tetapi mereka cukup bekerja sampai titik tertentu karena mereka malas bekerja sepanjang akhir hayat hidup mereka. Karena mereka percaya bahwa hidup bukan cuma untuk bekerja. Tetapi hidup harus dinikmati. 

Apa jadinya kalau finansialku ini belum freedom? Bagaimana saya bisa seperti hari ini?

Ada suatu cerita bahwa seorang pemuda melihat ayahnya bekerja selama 30 tahun. Ia tidak menyalahkan ayahnya karena saat itu ayahnya tidak ada peluang & tidak ada suatu sistem bisnis yang bisa membuatnya freedom di usia muda. 

Sedangkan pemuda ini berbeda. Ia tidak mau melakukan apa yang dilakukan ayahnya. Oleh sebab itu, ia memutuskan pada usia 25 tahun ia pensiun dan freedom. 

Sekarang usianya sudah 40 lebih. Sudah lebih dari 15 tahun ia pensiun, termasuk ia membangun channel pensiun, termasuk ia membangun channel YouTube. Dari sini kita bisa ambil hikmah bahwa hidup itu tidak harus bekerja seumur hidup. 

Apakah pemuda tadi tergolong pemalas? YES. Pemalas yang sukses. Kamu pemalas yang seperti apa? Apalagi, sekarang ada 2 tipe manusia. Yaitu tipe orang miskin dan tipe orang kaya. 

Orang miskin akan selalu membicarakan orang kaya. Hidupnya rumit, ribet, dan orangnya sombong. Orang miskin membicarakan orang kaya. Kita bukan levelnya dia. Orang sdeperti kita kan hidupnya yang penting mengalir saja. 

Tetapi orang kaya kalau membicarakan orang miskin itu berbeda. Orang miskin kok suka bekerja seumur hidup mereka? Apakah tidak capek? Kapan punya waktu dengan keluarga? Kapan punya waktu dengan kehidupan pribadi? Ketika mereka diajarkan/diedukasi, orang miskin itu cara berpikirnya tidak sampai. Sehingga kalau cara berpikirnya tidak sampai, mereka justru menganggap bahwa orang kaya itu sombong. Cara berpikirnya muluk-muluk. Padahal mereka saja yang tidak menangkap maksudnya. 

Banyak guru-guru yang sukses di muka bumi ini selalu mengajarkan sesuatu untuk menginspirasi orang lain. Mungkin saat ini kita bekerja keras. Tetapi pertanyaanku satu : "Kapan kita bisa freedom? Kapan kita bisa bebas secara finansial dan waktu? 

Jika kita bisa bebas secara finansial dana waktu, maka banyak hal-hal di muka bumi ini yang bisa dinikmati. Tanpa kita harus pusing dengan pekerjaan kita. 

Jadi Aku bukan menyuruh kamu menjadi orang yang pemalas. Bermalas-malasan, tidak bekerja, hidupnya selalu bergantung pada orang lain. 

Bukan pemalas dengan tipe seperti itu. Tetapi "pemalas yang bisa melihat peluang". Pemalas yang berkata : "Saya malas/capek bekerja seumur hidup. Karena itulah saya tidak mau bekerja seumur hidup, saya akan bekerja 5 tahun, setelah itu saya bebas". Malas yang menciptakan "manfaat" bagi orang lain. Karena kamu bisa melihat bahwa seperti itulah cara berpikir yang ingin ku bagikan. 

Aku yakin dengan sharing seperti ini, ada orang yang tidak suka dengan statementku, ada orang yang memberiku cap bahwa Aku ini menghina kaum-kaum miskin. 

Apapun anggapan orang, satu saja tujuanku yakni hanya ingin berbagi apa yang sudah ku pelajari, walaupun belum sempurna masih hanyak yang perlu diupgrade. 

"Semoga perekonomian di Indonesia bisa maju dan banyak orang sukses. Niscaya negara kuat, keluarga makmur seperti sila kelima PANCASILA : "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Semua orang akan mendapatkan keadilan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun