Memang alat cukur elektrik itu dulu dibeli lebih karena kondisi yang memaksa. Pada awal pandemi hingga puncak penularan varian delta hampir semua tempat usaha tutup, termasuk pangkas rambut.
Di Yogyakarta sebenarnya sempat ada fenomena pangkas rambut panggilan, yakni para pemilik usaha pangkas rambut yang jemput bola mendatangi konsumen. Mereka menerima panggilan lewat whatsapp dan menetapkan tarif yang ditambah dengan ongkos menuju rumah pelanggan.
Saya sempat mencoba layanan tersebut, tapi pada hari dan jam yang telah disepakati orang yang saya tunggu untuk memangkas rambut tak kunjung muncul. Beberapa jam kemudian ia mengabari dan menawarkan penjadwalan ulang. Saya menolak dan setelah itu memutuskan untuk membeli alat cukur elektrik.
Namun, apa mau dikata saya tak terampil menggunakannya. Setelah dipakai sekali, alat cukur elektrik tersebut saya masukkan kembali ke dalam kardusnya. Kini saya tak bisa menemukannya lagi. Entah di mana dulu saya menyimpannya.
Masker Kain
Masker menjadi barang langka dan mahal pada awal pandemi Covid-19. Kondisi itu membuat penggunaan masker kain menjadi andalan. Meski efektivitasnya tak sebaik masker medis, menggunakan masker kain mampu mengurangi risiko penyebaran dan penularan Covid-19.
Memasuki tahun kedua pandemi, masker medis kembali tersedia di pasaran dengan harga yang wajar. Masyarakat pun mulai melepas masker kain dan menggantinya dengan masker medis.
Meski sempat muncul tren masker kain dengan desain dan corak yang lebih kekinian, secara umum masyarakat tak lagi tertarik untuk menggunakan masker kain.Â
Seiring waktu hingga pandemi usai, masker kain benar-benar tersingkirkan. Hanya sedikit orang yang sekarang terlihat masih menggunakannya.Â
Kebanyakan orang tak peduli lagi pada masker kain yang dulu pernah menjaga keselamatan dan kesehatannya. Telah lupa di mana terakhir kali mereka meletakkan masker kainnya sesaat sebelum menggantinya dengan masker medis. Barangkali masker kain itu telah lama terbuang bersama benar-benda tak terpakai lainnya.
Walau demikian, saya masih menyimpan dengan baik dua buah masker kain pertama saya pada awal pandemi. Kedua masker itu adalah bagian dari puluhan masker kain yang dulu saya beli untuk dibagikan kepada beberapa orang dan pekerja di sekitar kawasan kampus UGM, seperti pedagang kaki lima, petugas sampah, hingga pengemudi ojek daring.