Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Yang Tercampakkan Setelah Pandemi Berlalu

20 Januari 2025   07:35 Diperbarui: 20 Januari 2025   18:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu ring dan tripod, pernah menjadi peralatan "wajib" untuk WFH saat pandemi (dok. pribadi).

Memang alat cukur elektrik itu dulu dibeli lebih karena kondisi yang memaksa. Pada awal pandemi hingga puncak penularan varian delta hampir semua tempat usaha tutup, termasuk pangkas rambut.

Di Yogyakarta sebenarnya sempat ada fenomena pangkas rambut panggilan, yakni para pemilik usaha pangkas rambut yang jemput bola mendatangi konsumen. Mereka menerima panggilan lewat whatsapp dan menetapkan tarif yang ditambah dengan ongkos menuju rumah pelanggan.

Saya sempat mencoba layanan tersebut, tapi pada hari dan jam yang telah disepakati orang yang saya tunggu untuk memangkas rambut tak kunjung muncul. Beberapa jam kemudian ia mengabari dan menawarkan penjadwalan ulang. Saya menolak dan setelah itu memutuskan untuk membeli alat cukur elektrik.

Namun, apa mau dikata saya tak terampil menggunakannya. Setelah dipakai sekali, alat cukur elektrik tersebut saya masukkan kembali ke dalam kardusnya. Kini saya tak bisa menemukannya lagi. Entah di mana dulu saya menyimpannya.

Masker Kain

Masker menjadi barang langka dan mahal pada awal pandemi Covid-19. Kondisi itu membuat penggunaan masker kain menjadi andalan. Meski efektivitasnya tak sebaik masker medis, menggunakan masker kain mampu mengurangi risiko penyebaran dan penularan Covid-19.

Memasuki tahun kedua pandemi, masker medis kembali tersedia di pasaran dengan harga yang wajar. Masyarakat pun mulai melepas masker kain dan menggantinya dengan masker medis.

Meski sempat muncul tren masker kain dengan desain dan corak yang lebih kekinian, secara umum masyarakat tak lagi tertarik untuk menggunakan masker kain. 

Seiring waktu hingga pandemi usai, masker kain benar-benar tersingkirkan. Hanya sedikit orang yang sekarang terlihat masih menggunakannya. 

Kebanyakan orang tak peduli lagi pada masker kain yang dulu pernah menjaga keselamatan dan kesehatannya. Telah lupa di mana terakhir kali mereka meletakkan masker kainnya sesaat sebelum menggantinya dengan masker medis. Barangkali masker kain itu telah lama terbuang bersama benar-benda tak terpakai lainnya.

Dua masker kain pertama saya saat pandemi Covid-19. Hingga kini masih ada dan tersimpan baik (dok. pribadi).
Dua masker kain pertama saya saat pandemi Covid-19. Hingga kini masih ada dan tersimpan baik (dok. pribadi).

Walau demikian, saya masih menyimpan dengan baik dua buah masker kain pertama saya pada awal pandemi. Kedua masker itu adalah bagian dari puluhan masker kain yang dulu saya beli untuk dibagikan kepada beberapa orang dan pekerja di sekitar kawasan kampus UGM, seperti pedagang kaki lima, petugas sampah, hingga pengemudi ojek daring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun