Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tentang "Anak Semua Bangsa", Buku yang Dibenci dan Ditakuti Penguasa

4 November 2024   08:38 Diperbarui: 4 November 2024   08:52 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Anak Semua Bangsa" (dok. pribadi).

Mari sedikit membedah kedalaman Anak Semua Bangsa yang membuatnya dibenci dan ditakuti penguasa.

Menjadi Korup Bersama

Perjumpaannya dengan seorang pemuda dari negeri Tiongkok memberi pengetahuan dan kesadaran baru bagi Minke tentang bagaimana kekuasaan yang korup bisa langgeng dan terus memimpin. Yakni dengan menaklukkan orang-orang pandai dan mengajaknya ke dalam kekuasaan. Sementara gayung bersambut, banyak orang pandai dan ahli yang "genit" mencari perhatian agar bisa turut serta menumpang kereta mewah kekuasaan.

Benarkah demikian? (dok. pribadi).
Benarkah demikian? (dok. pribadi).

Memang golongan-golongan muda yang pandai merupakan lawan yang tangguh bagi penguasa. Tapi mari renungkan dialog Minke dengan sahabatnya dari Tiongkok ini: "Sepandai-pandai ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh, ikut juga jadi bodoh".

Bukankah fenomena pada masa penjajahan tersebut masih berlanjut hingga sekarang? Masih terus kita saksikan "simbiosis" antara penguasa dan golongan pandai. Generasi yang lebih muda masuk dalam lingkar kekuasaan dengan dalih "akan memperbaiki dari dalam". Sesampainya di dalam ternyata mereka melepas pakaian untuk berganti jubah sehingga menjadi sama dengan generasi tua yang korup.

Kekuasaan membuat orang-orang pandai menjadi bodoh. Dipimpin penguasa korup, para ahli bisa ikut menjadi korup. Akhirnya secara bersama-sama para ahli dan orang-orang pandai itu akan menyokong kekuasaan yang korup.

Persekongkolan Penguasa, Media, dan Pengadilan

Sebuah peristiwa telah mengubah pandangan Minke terhadap koran tempatnya biasa menyumbang tulisan. Koran yang dalam kisah "Bumi Manusia" dipuja oleh Minke habisan-habisan, pada "Anak Semua Bangsa" berubah menjadi koran yang sangat dibencinya.

Minke mengetahui sebuah tulisannya telah diubah oleh redaksi sehingga saat diedarkan isinya jauh menyimpang dari kebenaran yang mulanya ditulis oleh Minke. Berita yang telah dimanipulasi tersebut akhirnya mencelakakan sahabatnya.

Lewat bantuan seorang sahabat lainnya, Minke mendapat wawasan bahwa koran tersebut sebenarnya koran kolonial yang mengabdi pada pabrik gula. Apa pun akan dilakukan oleh koran tersebut untuk mendukung kepentingan kolonial dan pabrik gula. Tulisan dan berita yang mengungkap penderitaan pribumi akibat kolonialisme dan pabrik gula tidak diloloskan. Sebaliknya justru bisa dimanipulasi untuk berganti menyerang rakyat biasa.

Persekongkolan penguasa, media, dan lembaga hukum itu nyata (dok. pribadi).
Persekongkolan penguasa, media, dan lembaga hukum itu nyata (dok. pribadi).

Anak Semua Bangsa yang terbit pertama kali pada 1980 sudah  memprediksi perilaku media di era modern sekarang. Jika dulu koran bersekongkol dengan penguasa kolonial dan pabrik gula, kini kecenderungan serupa juga nampak. Yakni media-media yang membelot dari kepentingan rakyat untuk berselingkuh dengan penguasa dan pemilik modal. Orang-orang berkuasa pada era sekarang juga rajin mendekati media untuk memperteguh kepentingannya. Suatu yang buruk dari penguasa bisa diberitakan sebagai "kebaikan" dengan rekayasa media. Sebaliknya, kebenaran yang berasal dari pengalaman rakyat dibatasi penyiarannya karena bisa mengganggu kebenaran versi penguasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun