Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekspresi Moderasi Beragama dan Pintu Kelenteng yang Membuka Ruang Perjumpaan

17 Desember 2022   09:39 Diperbarui: 17 Desember 2022   10:01 3662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelenteng Tien Kok Sie, rumah ibadah umat Konghucu di Surakarta (dok.pribadi).

Pada dasarnya kelenteng dan umat Konghucu selalu terbuka untuk berinteraksi dengan siapa pun. Buktinya, saat itu saya diterima dan bisa melihat bagian dalam kelenteng. Bahkan, beberapa kelenteng ternama menjadi destinasi wisata yang membuka pintunya bagi wisatawan.

Bagi saya pengalaman pertama kali mengunjungi kelenteng dan berinteraksi dengan umat Konghucu tersebut memperlihatkan adanya pilihan cara moderasi beragama yang menarik.

Moderasi beragama, istilah indah ini memang semakin sering kita dengar gaungnya beberapa waktu belakangan. Baik dalam ceramah para tokoh, tulisan-tulisan para cendekiawan maupun program atau acara pemerintah yang digagas oleh KEMENAG.

Adanya dinamika dan tantangan di tengah kerukunan umat beragama menjadi salah satu alasan mengapa moderasi beragama kembali diserukan.

Bukan tanpa alasan. Sebab dengan moderasi beragama manusia diarahkan untuk memperkuat rasa saling menghormati sesama. Menanamkan moderasi beragama sebagai sikap dan cara pandang bisa memperkuat kebajikan yang diwujudkan dalam praktik beragama yang seimbang dan tidak berlebihan. Harapannya toleransi beragama bisa semakin teguh dan kemanusiaan semakin kokoh dijunjung oleh semua warga negara apapun agamanya.

Walau demikian, pada hakikatnya moderasi beragama bukanlah gagasan baru. Praktik-praktik moderasi sesungguhnya telah menjadi bagian dari kehidupan umat beragama di Indonesia sejak lama. Seringkali pula tanpa disadari saat berinteraksi dengan orang lain kita sedang melibatkan diri dalam moderasi beragama.

Dalam hal ini, kelenteng yang membuka pintunya bagi masyarakat serta sikap terbuka umat Konghucu untuk berinteraksi dengan pemeluk agama lain bisa dimaknai sebagai upaya moderasi beragama dengan cara menciptakan ruang-ruang perjumpaan.

Di kelenteng, umat Konghucu bisa berjumpa, berdialog, dan berinteraksi dengan umat agama lain yang berkunjung seperti saya saat itu.

Dalam dialog tidak harus sepaham karena yang lebih penting adalah sikap saling memahami. Dalam interaksi tidak perlu memaksa untuk menemukan persamaan karena yang lebih utama ialah membangun kebersamaan.

Interaksi seperti demikian semakin berharga di tengah kurangnya literasi. Terbukanya pintu kelenteng yang menghadirkan kesempatan lebih luas bagi umat Konghucu untuk berinteraksi dengan masyarakat bisa menghilangkan prasangka yang sering berkembang akibat paparan informasi yang belum tentu kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun