Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melancong ke Krebet, Menyimak Kreativitas yang Subur di Perbukitan Kapur

12 November 2022   19:37 Diperbarui: 12 November 2022   19:51 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Wisata Krebet (dok.pribadi).

Lebih dari sekadar wisata, Krebet menyajikan denyut kreativitas yang membuat warganya lebih berdaya.

Untuk kesekian kalinya saya menginjakkan kaki di Krebet, sebuah dusun di Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY.

Berjarak sekitar 17 km dari pusat kota Yogyakarta, bentang alam perbukitan kapur menjadi pemandangan dominan yang mengitari Krebet. Wilayahnya memang tidak sepenuhnya tandus karena sudah ditumbuhi banyak pohon jati, sengon dan tanaman berkayu lainnya. Namun, tak dimungkiri kesan gersang masih tertangkap oleh pandangan mata. Apalagi suasana sehari-hari di Krebet jauh dari hiruk pikuk.

Walau demikian, bukan berarti kehidupan di Krebet bergulir lamban tanpa gairah. Faktanya, kreativitas justru tumbuh subur dari balik rumah-rumah warga di Krebet.

Dari sana gerak roda ekonomi kehidupan diputar. Kehidupan yang semakin membawa harapan seiring melesatnya nama Krebet sebagai desa wisata sejak beberapa tahun silam.

Pada 2021 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno pun sempat mengunjungi Krebet. Setahun kemudian Kemenparekraf memasukkan Krebet ke dalam 300 besar Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2022.

Memikat Apa Adanya

Status Desa Wisata sudah pasti menjadi daya pikat yang menarik kunjungan wisatawan. Walau demikian Krebet tetap apa adanya. Begitu melewati gapura masuk yang tampak ialah kampung atau dusun pada umumnya. Hangat terbungkus kesederhanaan serta tenang dalam balutan kebersahajaan.

Rumah-rumah di Krebet memancarkan bayangan kenangan masa lalu di berbagai sudutnya. Halaman tak berpagar dan pekarangan yang mengitari rumah masih banyak dijumpai di sini. Rumah-rumah itu pun sering dibiarkan terbuka pintunya sehingga aktivitas di dalamnya bisa terlihat.

Salah satu sanggar Batik Kayu di Krebet (dok.pribadi).
Salah satu sanggar Batik Kayu di Krebet (dok.pribadi).

Beberapa rumah yang lebih besar memiliki bangunan tambahan. Di situ biasanya dijumpai sejumlah orang berkumpul untuk bekerja.
Warga Krebet beraktivitas secara natural. Mereka berpakaian sederhana dan seringkali mengenakan busana tradisional seperti lurik dan kain jarik. Sedangkan warga yang berkebun atau bertani berjalan sambil memanggul cangkul dan mengenakan caping agar tak tersengat matahari yang sering terasa lebih terik di Krebet.


Warga Krebet juga masih melestarikan kesenian tradisional seperti wayang kulit, ketoprak, dan karawitan, Begitu pun ritual budaya seperti merti dusun dan syawalan belum dilupakan. Semua masih dijumpai sebagai bagian dari kearifan lokal warganya sejak dulu.

Batik Kayu

Layaknya desa wisata, Krebet bisa dinikmati dengan beragam cara. Paket-paket wisata disediakan oleh pengelola untuk memberi pengalaman terbaik bagi tamu dan wisatawan. Tak mengapa jika hanya punya waktu beberapa jam mengunjungi Krebet sebab berbagai hal menarik bisa didapatkan sekaligus di sini. Apalagi jika meluangkan waktu lebih untuk bermalam di rumah warga maupun homestay yang disediakan.

Sepanjang hari wisatawan bisa turut dalam sejumlah aktivitas. Mulai dari ikut bercocok tanam di ladang atau sawah, menikmati kuliner lokal, menyaksikan pertunjukkan tradisional, hingga menjelajah alamnya yang unik.

Datang seorang diri tanpa mengikuti paket wisata pun tetap asyik. Bahkan, bisa menjadi alternatif yang menarik sebab keramahan warganya akan membuka kesempatan kita menikmati Krebet secara lebih intim. Termasuk mengenal kekhasannya yang paling istimewa, yakni Batik Kayu.

Telah dikenal seantero Nusantara dan dunia bahwa batik lazimnya ditorehkan di atas selembar kain. Namun, di Krebet kreativitas batik ditumpahkan ke dalam media kayu. Bukan sekadar menyalin dan mencap motif batik ke atas papan kayu, melainkan melukisnya secara manual seperti para pembantik menorehkan canting untuk membentuk pola-pola yang cantik.

Para pengrajin Batik Kayu di Krebet (dok.pribadi).
Para pengrajin Batik Kayu di Krebet (dok.pribadi).

Batik Kayu di Krebet berkembang bukan karena kebetulan. Melainkan karena inisiatif warganya yang mencoba mencari solusi sekaligus berkreasi menggali potensi lokal agar lebih berdaya.


Dahulu warga Krebet banyak menggantungkan hidup dengan mengolah ladang dan sawah. Menjadi petani merupakan sumber mata pencaharian mereka pada awalnya. Namun, faktor cuaca dan kondisi tanah yang berlapiskan banyak batuan kapur di bawahnya membuat sawah dan ladang tak bisa diolah secara maksimal.

Beberapa warga yang memiliki keterampilan lain lalu berinisiatif mengembangkan Batik Kayu yang terinspirasi dari kerajinan Topeng Gunungkidul. Memanfaatkan potensi kayu yang banyak dihasilkan dari pepohonan di wilayah Krebet, mereka mulai membuat barang kerajinan dari kayu yang dilukis layaknya batik.

Tak disangka, hasil kreativitas warga Krebet terus berkembang. Keunikannya membawa Batik Kayu asal Krebet tersebar tidak hanya di dalam negeri, tapi juga menembus pasar mancanegara.

Memotong bahan baku untuk Batik Kayu (dok.pribadi).
Memotong bahan baku untuk Batik Kayu (dok.pribadi).
Kini, banyak warga Krebet dan sekitarnya menekuni pembuatan Batik Kayu sebagai penggerak roda ekonomi. Roda yang akhirnya juga menggerakkan denyut wisata di Krebet.

Sejumlah sanggar kerajinan Batik Kayu berdiri di Krebet. Semuanya dikembangkan oleh warga setempat. Di sanggar-sanggar tersebut kita bisa menyaksikan semua tahap pembuatan Batik Kayu mulai dari penyiapan dan pemotongan bahan baku kayu, pembuatan motif, membatik, pewarnaan, hingga pengemasan produk Batik Kayu yang siap dipasarkan.

Batik Kayu (dok.pribadi).
Batik Kayu (dok.pribadi).

Wisatawan juga bisa mendapatkan pengalaman membuat batik kayu sendiri. Kita akan mengetahui bahwa batik kayu dibuat dengan cara yang hampir sama dengan batik tulis di atas kain. Canting dan malam digunakan untuk menorehkan motif batik di atas kayu.

Ketelitian dan konsentrasi sangat dibutuhkan, terutama saat pewarnaan. Sebab pewarnaan Batik Kayu tidak dilakukan dengan pewarna alami. Jenis dan bentuk potongan kayu juga mempengaruhi penyerapan warna. Bisa dikatakan setiap Batik Kayu yang dihasilkan di Krebet merupakan hasil kreativitas yang penuh perhitungan dan kecermatan tinggi.

Kreasi Batik Kayu dari Krebet (dok.pribadi).
Kreasi Batik Kayu dari Krebet (dok.pribadi).

Selain mengunjungi sanggar, datang ke rumah-rumah warga Krebet juga menarik. Sebab beberapa pengrajin memanfaatkan bagian rumahnya seperti teras untuk memproduksi aneka jenis Batik Kayu.

Tak usah canggung untuk bertamu. Jika sedang tidak sibuk, mereka akan senang bercerita tentang Batik Kayu yang telah dibuat.
Kita pun akan tahu betapa beragamnya Batik Kayu yang telah dihasilkan dari tangan-tangan kreatif warga Krebet. Mulai dari topeng, wayang, patung, peralatan makan, aneka wadah, bingkai foto, hingga aksesoris seperti gelang. Bahkan, papan dan bidak catur pun telah diubah tampilannya menjadi Batik Kayu oleh warga Krebet.

Dukungan Banyak Pihak

Agar semakin berkembang dan berkelanjutan, pariwisata di Krebet perlu didukung dengan kolaborasi banyak pihak. Apalagi potensi budaya dan kreativitas lokal sangat strategis untuk menggerakkan kembali ekonomi yang sempat terdampak pandemi Covid-19.

Masyarakat setempat dan pengelola perlu terus berinovasi dalam menggerakkan dan menyajikan daya tarik desa wisata. Pemerintah punya peran dalam menyediakan dukungan anggaran, fasilitas dan promosi. Begitu pula pengusaha atau sektor swasta bisa berinvestasi dan mendorong pengembangan potensi lokal.

Sejalan dengan itu, Festival Kreatif Lokal yang digagas Adira Finance bisa menjadi katalisator untuk keberlanjutan kreativitas yang telah tumbuh subur di Krebet.

Apalagi Festival Kreatif Lokal 2022 memiliki program-program yang memungkinkan potensi desa wisata seperti Krebet berkembang optimal. Program Desa Wisata Kreatif, Festival Pasar Rakyat, dan Desa Wisata Ramah Berkendara bisa menjadi sarana untuk mendongkrak daya tarik Krebet serta Batik Kayu.

Batik Kayu dari Krebet (dok.pribadi).
Batik Kayu dari Krebet (dok.pribadi).

Jika mengamati kondisi Krebet saat ini, beberapa kriteria Desa Wisata Ramah Berkendara telah terpenuhi. Antara lain jalan aspal yang lebar dengan dua lajur menuju Krebet, tersedia rambu dan papan penunjuk jalan, serta terdapat fasilitas pengisian BBM.

Sementara akomodasi dan akses tranportasi umum menuju Krebet masih perlu dikembangkan. Oleh karena itu, kolaborasi banyak pihak mutlak dibutuhkan agar potensi wisata dan kreativitas lokal di Krebet semakin maju.

Masyarakat Krebet telah memulainya dengan baik melalui Batik Kayu. Kini saatnya semua pihak memberi dukungan.

Jauh dari kebisingan kota, Krebet menanti kita untuk melancong melepas penat dari hiruk pikuk yang melelahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun