Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kabar Gembira dari Kaki Gunung Slamet

6 Januari 2022   09:02 Diperbarui: 6 Januari 2022   09:05 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paket kiriman jahe merah (dok.pribadi).

Abdul ternyata senang ada artikel di dunia maya yang mengangkat tentang dirinya yang berjualan empon-empon dan hasil kebun dari sebuah desa di kaki Gunung Slamet. Apalagi dalam artikel tersebut saya sebutkan beberapa kelebihan membeli jahe merah dari Abdul. Selain jahenya segar dan berkualitas, harganya pun terjangkau. Abdul juga suka memberi bonus temulawak dan kunyit. Ia mengemas semuanya dengan aman dan dikirim tepat waktu. Saya pun melengkapi artikel dengan foto-foto yang mendukung.

Saat saya kirimkan link artikelnya, pemuda lulusan SMK itu antusias dan meminta izin untuk membagikannya ke halaman facebook agar bisa dibaca oleh lebih banyak orang, termasuk teman-temannya. Ia pun berharap bisa "mempengaruhi" petani-petani lain di desanya. Sebab menurut Abdul banyak petani di desa masih menganggap cara berjualan daring terlalu rumit. Mereka enggan repot mengemas paket serta khawatir ongkos kirim terlalu mahal.

Padahal bagi Abdul pandemi Covid-19 merupakan momentum yang tepat untuk mengadopsi teknologi digital sebagai media pemasaran hasil kebun. Apalagi, Abdul telah merasakan sendiri dampak pandemi Covid-19 yang membuat pasar sempat ditutup sehingga banyak hasil kebunnya membusuk karena tak sempat terjual. Sedangkan pengepul sering membeli dengan pembayaran yang tak pasti.

Jahe merah dari kebun milik Abdul yang akan dijual secara daring (foto: Abdul).
Jahe merah dari kebun milik Abdul yang akan dijual secara daring (foto: Abdul).
Pengalaman kurang enak itulah yang mendorong Abdul menempuh terobosan. Ia membuat akun toko daring di salah satu marketplace. Selanjutnya ia menawarkan empon-empon serta beberapa jenis sayuran dari kebun yang ia garap bersama sang ibu.

Hasilnya  terbilang lumayan. Meski keuntungannya belum terlalu besar, Abdul bersyukur bisa menjual langsung hasil kebun dengan harga yang lebih baik dibanding harga dari pengepul.

Sayangnya Abdul masih sulit meyakinkan petani-petani di desanya agar mau berjualan secara daring seperti dirinya. Oleh karenanya ia senang ketika saya mengangkat kisah tentangnya di Kompasiana yang kemudian menjadi headline dan dibaca banyak orang.

Saya pun ikut bahagia. Sebab selain berbelanja, saya bisa membantu mempromosikan usaha Abdul lewat tulisan.

Kabar Gembira

Jumat malam itu Abdul tak hanya memberi tahu nomor telepon barunya. Ia juga membawa dua kabar gembira.

Pertama, ia mengabarkan telah menikah dengan wanita asal Kaligondang, Purbalingga. Saya senang sekaligus terkejut sebab saya pun berasal dari Purbalingga. Meski bertahun-bertahun saya tinggal di Yogyakarta, tapi ikatan daerah asal tak bisa ditinggalkan.

Bisa dikatakan kami kini "bertetangga". Artinya saat membeli jahe merah dari Abdul, pada dasarnya saya sedang berbelanja ke "warung tetangga" sekaligus mendukung kemajuan UMKM lokal.

Sejak menikah Abdul sering pulang pergi Pemalang-Purbalingga. Ia pun mengubah deskripsi toko daringnya dengan mencantumkan pengiriman dari Purbalingga.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun