Membeli produk petani dan UMKM lokal sama halnya berbelanja ke "warung tetangga". Menulis kisahnya berarti membantu mempromosikan usaha mereka agar semakin maju
"Halo Pak. Ini Abdul Jalal yg di Sh****".
Pesan itu saya terima lewat whatsapp pada Rabu, 15 Desember 2021 sekitar pukul 19.30 WIB. Awalnya saya tak mengenali pengirimnya karena tidak ada foto profil yang terpasang. Nomornya pun belum ada di daftar kontak.
Namun, setelah mencerna ulang pesannya saya segera paham. Pastilah ia Abdul Jalal Bisri, pemuda dari Desa Gunungsari, Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Ia adalah seorang petani muda yang menjual hasil kebunnya secara daring.
Sore itu saya baru memasukkan jahe merah dari tokonya ke keranjang belanja. Mengetahui saya ingin membeli jahe merah lagi, ia menghubungi saya lewat whatsapp. Ternyata Abdul berganti nomor telepon.
Penjual Jahe Merah dan Kisahnya di Kompasiana
Saya dan Abdul memang sudah saling kenal. Tepatnya sejak April 2020 silam ketika saya pertama kali membeli jahe merah darinya.
Puas dengan produk dan pelayanannya, serta penasaran dengan kiatnya berjualan hasil kebun secara daring, saya berinisiatif menghubunginya.
Melalui obrolan saya  bisa mengenal Abdul lebih jauh. Mengetahui suka dukanya menjadi petani serta usahanya untuk menjual hasil kebun secara daring, saya menjadi tertarik dengan semangat pemuda 30 tahun ini.
Lalu saya putuskan menulis sosok Abdul. Artikel berjudul "Jatuh Bangun Abdul, Petani Muda Asal Pemalang Melawan Corona" tayang di Kompasiana pada 16 Mei 2020.
Saya menulisnya karena kagum pada Abdul. Menurut saya ia merupakan pelaku UMKM muda yang patut didukung. Abdul yang mulai berjualan secara daring semenjak pandemi  tentu Covid-19 membutuhkan dukungan dalam bentuk apapun, termasuk promosi. Kepada saya saat itu ia sempat berucap, "Kalau ada temennya yang cari jahe merah, monggo bisa ke saya,".