Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Demi Bumi agar Tetap Nyaman Dihuni: Kurangi yang Dibutuhkan, Tolak yang Tak Diperlukan

22 Oktober 2021   21:01 Diperbarui: 22 Oktober 2021   21:03 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membawa kotak makan sendiri (dok.pribadi).

Beberapa kasir di supermarket langganan telah hafal dengan kebiasaan saya ini. Saya pun selalu mengatakan hal yang sama ketika tiba di kasir: "Nggak usah pakai plastik, ya".

aya juga senang membawa kotak makan dan tempat minum sendiri. Kadang kotak itu sudah terisi bekal dari rumah. Namun, seringkali saya mampir ke warung untuk mengisinya.

Totebag, pengganti kantung plastik (dok.pribadi).
Totebag, pengganti kantung plastik (dok.pribadi).
Kebiasaan tersebut sempat menarik perhatian orang tua saya yang menganggap aneh seorang pria dewasa suka membawa kotak makan sendiri. Padahal saya hanya melanjutkan kebiasaan yang telah mereka ajarkan sejak kecil lewat bekal makanan untuk ke sekolah. Saya tak malu menenteng totebag maupun kotak makan.

Kedua, pesan makanan yang terdekat. Ada kalanya saya memesan makanan melalui ojek daring. Namun, saya selalu menghindari memesan pada jam padat, yakni pukul 12.00-13.00 dan pukul 16.00-17.00. Tidak pula memesan makanan dari tempat yang berada di luar area ringroad. Jaraknya pun saya batasi maksimal 3 km.

Pilihan itu saya ambil berdasarkan pengalaman bahwa pengantaran makanan dari area di luar ringroad menuju kawasan Jalan Kaliurang dan UGM tempat saya berada membutuhkan waktu lebih lama karena faktor jarak tempuh dan kemacetan.

Maka saya lebih senang memesan makanan yang lebih dekat. Selain saya tidak terlalu lama menunggu, pengemudi ojek daring pun bisa menghindari kemacetan dan tidak membuang banyak bahan bakar ketika mengantarkan pesanan saya. Artinya meski memesan makanan secara daring, emisi tetap perlu dipertimbangkan.

Membawa kotak makan sendiri (dok.pribadi).
Membawa kotak makan sendiri (dok.pribadi).
Ketiga, kurangi begadang dan tidur lebih cepat. Sejak SMA saya gemar begadang membaca buku dan menonton siaran sepakbola di TV. Saya sering tertidur saat pertandingan masih berlangsung. Kerap pula membiarkan TV tetap menyala dengan harapan suaranya bisa membangunkan saya lebih pagi.

Namun, sejak 6 atau 7 tahun terakhir saya kehilangan selera untuk begadang. Saya memilih tidur lebih cepat. Selain demi kesehatan, juga untuk lebih menghemat listrik.

Dengan tidur lebih cepat kegiatan menonton TV, bermain smartphone dan browsing sampai larut malam otomatis berhenti. Emisi akibat penggunaan listrik yang tidak diperlukan pun bisa dikurangi. Kini jika tidak ada urusan mendesak, sebelum pukul 22.00 saya sudah tidur dengan kondisi lampu kamar dimatikan. Itu membuat saya lebih lelap.

Hemat listrik (dok. pribadi).
Hemat listrik (dok. pribadi).
Keempat, halaman rumah sebagai ruang kerja. Halaman depan dan samping rumah menjadi tempat favorit saya untuk melakukan beberapa aktivitas. Maka ketika pandemi Covid-19 mengharuskan "work from home", saya bisa memaksimalkan kebiasaan "bekerja dari halaman rumah".

Dibanding di dalam kamar atau ruangan lain, saya lebih senang membawa laptop dan alat tulis ke halaman rumah. Ruangan yang lebih lega dan adanya tanaman penyejuk membuat saya betah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun