Permainannya telah bisa ditiru dan diimbangi oleh banyak pasangan dari negara lain. Kekalahan demi kekalahan di pertandingan besar menjadi isyarat bahwa ganda putra andalan Indonesia, Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon, tidak terlalu menakutkan lagi. Akhir era The Minions?
Kegagalan Indonesia di babak perempat final Piala Sudirman 2021 pada Jumat (1/10/2021) kemarin menyisakan beberapa catatan penting. Kalah secara tragis 3-2 dari Malaysia, ada banyak sinyal buruk yang tampak dalam kualitas permainan pebulutangkis Indonesia. Padahal secara peringkat para pemain Indonesia berada di atas pemain Malaysia.
Salah satu catatan penting yang layak dicermati ialah kekalahan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dari pasangan peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020 asal Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik. The Minions yang tampil di partai pertama kalah 2 set langsung dengan skor 21-12 dan 21-15. Â
Kekalahan tersebut membuat skenario tim Indonesia berantakan. Sebab The Minions ditargetkan bisa membuka poin kemenangan demi memuluskan langkah tim.
Di sisi lain itu merupakan kekalahan kedua beruntun The Minions dari ganda Malaysia. Sebelumnya Kevin/Marcus disingkirkan pasangan yang sama di Olimpiade Tokyo 2020 lalu.
Bukan skor yang menjadi sorotan utama dari kekalahan semalam. Melainkan kualitas permainan The Minions yang jauh dari performa terbaik mereka. Seperti bukan The Minions yang selama ini kita saksikan, mereka kalah dalam segala aspek dari pasangan Malaysia.
Sejak tertinggal pada set pertama, tanda-tanda kekalahan The Minions telah terlihat. Kecepatan dan kelincahan mereka menghilang. Determinasi dan motivasi yang biasanya meluap-luap teredam oleh sesuatu yang entah apa. Tarian dan liukan The Minions yang selama ini jadi warna permainan mereka juga tak tampak.
Serangan The Minions mendadak tumpul. Mereka bahkan tak mampu menyerang dengan baik. Akurasi pukulan mereka hilang keampuhannya. Kevin Sanjaya yang biasanya merajai di depan net justru tampil buruk dan banyak menuai kegagalan dalam menangani shuttlecock.
Ketahanan Melemah
Kekalahan The Minions semalam memang disebabkan karena lawan yang bermain lebih baik. Namun, melihat buruknya permainan The Minions tampak bahwa kualitas mereka mulai menurun.
Tertekan sepanjang laga, The Minions kesulitan menemukan momentum dalam laga melawan pasangan Malaysia. Kebingungan dan frustasi tampak jelas setiap kali mereka tertinggal dan gagal mengendalikan keadaan.
Mengingat ini kekalahan kedua beruntun dari pasangan Malaysia, boleh dikatakan The Minions berhasil dijinakkan. Padahal mereka mestinya memiliki cukup alasan untuk membalas dendam kekalahannya pada olimpiade lalu. Sayangnya misi balas dendam tak berhasil diubah sebagai motivasi untuk tampil lebih baik. Mereka terkesan kurang ngotot dan tidak siap menghadapi kondisi tak terduga dalam pertandingan yang menentukan.
Ketahanan yang melemah menjadi sebab utama di balik buruknya permainan dan kekalahan The Minions semalam. Baik ketahanan fisik maupun ketahanan mental The Minions sedang dalam masalah.
Secara fisik barangkali sisa cedera bahu yang didera Kevin, kurangnya persiapan, usia Marcus Gideon yang tak lagi muda memiliki pengaruh. Namun, di luar itu permainan mereka memang tak lagi dominan. Sementara pasangan Malaysia bukan hanya bisa meredam The Minions, tapi keduanya berhasil meniru kecepatan dan kegesitan yang biasanya ditampilkan The Minions.
Ketahanan mental The Minions juga pantas dikritisi. Perlu dicatat bahwa akhir-akhir ini The Minions sering mengalami kekalahan atau sulit menang dari lawan-lawan yang sebelumnya mudah mereka atasi.
Bagi The Minions yang selama 4 tahun terakhir terbiasa menang dan mendominasi pertandingan, kekalahan demi kekalahan oleh lawan yang sama dalam tempo yang singkat pasti menimbukan tekanan tersendiri. Secara mental dan psikologis ada dimensi keyakinan yang terganggu dalam diri The Minions. Mereka menjadi kurang yakin ketika bertemu kembali dengan lawan tersebut.
Ketahanan mental dan psikologis The Minions sedang dalam periode yang rendah. Sebab mereka dituntut untuk konsisten dan cepat bangkit di pertandingan-pertandingan besar sekelas Olimpiade dan Piala Sudirman. Sayangnya The Minions belum mampu memulihkan ketahanan tersebut. Akhirnya seperti terlihat dalam pertandingan semalam, mereka tidak siap menghadapi tekanan. Hilangnya kecepatan dan kegesitan The Minions kemungkinan juga akibat dari ketahanan mental mereka yang melemah. Sebab ketahanan mental yang lemah membuat pemain mudah lengah dan kehilangan kewaspadaan.
"Vaksin The Minions"
Penting untuk melihat melemahnya ketahanan dan kualitas permainan The Minions bukan hanya dari kekalahan semalam. Akan tetapi dari pertandingan-pertandingan penting sebelumnya.
Belakangan The Minions berulang kali dikalahkan oleh ganda Jepang. Pasangan asal Taipe juga menjadi momok. Kini bertambah pasangan Malaysia yang berhasil menjinakkan The Minions.
Agaknya "vaksin" untuk mengatasi The Minions telah ditemukan. Pandemi yang membuat pertandingan internasional sempat terhenti dimanfaatkan dengan baik oleh para pelatih dan pemain dari berbagai negara untuk mengoptimalkan racikan strategi baru, salah satunya strategi mengatasi permainan The Minions.
Hasilnya semakin terlihat sekarang. Dengan "Vaksin The Minions" sejumlah ganda putra dari beberapa negara muncul dengan gaya permainan cepat dan gesit ala The Minions. Bukan hanya meniru, para pasangan itu juga melengkapinya dengan aspek kekuatan lain yang tidak dimiliki oleh The Minions sebelumnya. Misalnya, pertahanan yang kokoh.
Ditemukannya "Vaksin The Minions" membuat permainan Kevin/Marcus menjadi lebih bisa dinetralkan. Seperti yang diperlihatkan oleh pasangan Malaysia yang sebelumnya mengaku bahwa mereka diminta oleh pelatih untuk meniru gaya permainan The Minions. Dan sudah bukan rahasia lagi jika yang meniru seringkali memiliki keunggulan lebih daripada yang ditiru.
Saatnya Bermutasi
Secara de facto, The Minions memang masih menempati posisi 1 dunia. Namun, pada dasarnya mereka bukan lagi yang terkuat.
The Minions sudah tidak semenakutkan dahulu. Meski mereka masih berbakat dan memiliki kekuatan, tapi sekarang permainan cepat yang mengandalkan kekuatan pergelangan tangan dan kegesitan footwork tidak hanya dimiliki oleh mereka.
Jepang telah memiliki Yuta Watanabe. Taipe memiliki Lee Yang dan Wang Chi Lin. Sedangkan Malaysia punya andalan bernama Aaron Chia dan Soh Wooi Yik. Mereka semua telah disuntik "Vaksin The Minions" sehingga bisa meladeni dan mengalahkan The Minions. Bukan tidak mungkin akan muncul pasangan-pasangan lain yang mampu mengatasi The Minions.
Oleh karena itu, penting bagi The Minions untuk segera berubah atau bermutasi. Seiring ditemukannya vaksin yang mampu menjinakkan permainan mereka, The Minions perlu memodifikasi gaya bermain dan berpikirnya. Dengan bantuan pelatih, mereka harus segera beradaptasi dengan kelemahan yang semakin mudah dieksploitasi oleh lawan.
Kebutuhan bermutasi semakin mendesak jika The Minions tidak ingin era kejayaan dan dominasi mereka berakhir lebih cepat. Penting pula untuk menghadapi Thomas Cup yang akan digelar segera setelah Piala Sudirman berakhir. Sebab tekanan dan kesulitan yang besar juga akan dihadapi The Minions sebagai ganda utama tim Thomas Cup Indonesia.
Semoga "The Minions" bisa segera bermutasi agar kembali  ditakuti dan tak mudah dikalahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H