"Terus mana lagi, mas?"Â tanyanya setelah selesai dengan urusan menata kotak makanan. Siang itu saya memang meminta bantuannya untuk sebuah tugas tambahan yang ia sanggupi.
Bermula dari kabar yang saya terima dari dua orang yang saya kenal baik. Satu di antaranya mengabarkan bahwa ia akan menjalani tes swab usai kontak dekat. Satu orang lainnya memberitahukan sedang tidak enak badan dan sedang di rumah saja.
Mengingat dua orang tersebut saling kenal dan berinteraksi dekat, saya segera paham maksud kabar yang mereka sampaikan. Saya hela nafas dalam-dalam. Bukan kabar baik, tapi tidak boleh menjadi kabar yang lebih buruk.
Saya menekankan mereka untuk tetap di rumah dan tak perlu keluar. Sedikit masker, hand sanitizer, parasetamol dan vitamin akan saya kirimkan.
Itulah titipan tambahan yang saya percayakan kepada Pak Senen. Masker, hand sanitizer, parasetamol, dan vitamin saya masukkan ke dalam kantung plastik.Â
Di bagian luarnya saya rekatkan sobekan kertas bertuliskan ke mana dan untuk siapa itu ditujukan. Kepada Pak Senen saya tunjukkan ini buat si A dan yang ini buat si B agar tidak tertukar. Pak Senen pun paham bagaimana ia harus mengantarkannya.
Ketika Pak Senen siap berangkat saya sertakan sedikit ongkos tambahan, sebotol hand sanitizer, dan satu bungkus masker untuk dipakainya sendiri.Â
Tanpa saya suruh, ia segera menggunakan hand sanitizer itu untuk membasuh kedua tangannya. Saya semakin yakin kalau Pak Senen termasuk orang yang peduli pada protokol kesehatan.
Sebelum berpisah kami sempat berbincang sebentar. Saya tanyakan apakah ia sudah disuntik vaksin Covid-19?
Ia mengaku belum divaksin. Saya agak terkejut. "Lho, kan tinggal minta sama dokternya", saya penasaran.
Pak Senen menjelaskan kalau tekanan darahnya beberapa kali tidak normal. Saat saya menebak tekanan darahnya tinggi, ia meralatnya sambil tersenyum. "Malah rendah kok, mas. Makanya nunggu bener dulu ini".