"Berarti makan sate kambing saja, Pak", kata saya sambil mengantarnya berlalu. Sore harinya saya dapat laporan bahwa semua titipan, termasuk makanan, masker, dan sebagainya telah diantar dan diterima dengan baik.
Pak Senen adalah salah satu orang baik yang saya jumpai di tengah pandemi. Pagi dan sore ia bekerja membantu di tempat praktik seorang dokter. Siang harinya ia mencari penghasilan tambahan dengan mengerjakan apa saja.
Hal terbaik yang saya pelajari dari Pak Senen siang itu ialah saat ia sempat menolak ongkos tambahan yang saya berikan untuk mengantarkan masker dan obatan-obatan.Â
Katanya ongkos itu tidak perlu karena semua alamatnya dekat. Ia sudah cukup dengan ongkos kirim makanan yang dititipkan padanya.
Namun, saya mencoba menebak apa sebenarnya yang membuatnya enggan menerima ongkos tambahan. Sebagai orang yang bekerja di tempat pelayanan kesehatan, kemungkinan ia sudah sangat memahami pentingnya masker dan vitamin bagi orang yang sedang isolasi mandiri.
Apa yang ia lihat dan rasakan di tempat praktik dokter tentang orang-prang yang sedang sakit dan membutuhkan pertolongan telah membuatnya mampu menyingkirkan kepentingan dan egonya terhadap kebutuhan mendapatkan ongkos yang sebenarnya berhak ia dapatkan.
Jelas bagi saya bahwa Pak Senen telah mengajari perlunya mengalahkan egoisme di tengah pandemi. Sebab dengan menyingkirkan ego kesulitan apapun akan bisa diatasi.
Padahal tidak sepenuhnya salah juga jika setiap orang seperti Pak Senen mementingkan egonya saat ini. Kita tahu bahwa cara paling tepat untuk melawan amukan Corona ialah dengan tidak tertular dan menularkan. Artinya setiap orang perlu lebih dulu menjaga dan menyelamatkan dirinya masing-masing. Ego dengan orientasi semacam itu menurut saya ada unsur kebenarannya. Kita semua, termasuk Pak Senen pasti memilikinya karena tak ada orang yang ingin sakit dan terserang Covid-19.
Akan tetapi Pak Senen seolah berkata, "Ambilah ego secukupnya saja. Selanjutnya lawan dan singkirkan egoisme lain yang berlebihan"
Andai saja sejak awal semua orang di negara ini mampu menyingkirkan egoismenya yang berlebihan, barangkali Corona sudah bisa kita kalahkan.Â
Andai kita mau melawan egoisme yang terlalu dominan pada diri masing-masing, mungkin tak perlu kita kehilangan banyak teman, saudara dan keluarga.