Tidak berlebihan kalau kita membayangkan pada masa lampau ada semacam "Borobudur Band Explosion" yang mementaskan kelompok-kelompok musik dari berbagai bangsa seperti halnya kompetisi "Band Explosion" pada masa modern. Dari situlah Borobudur mengabadikan aneka alat musik pada reliefnya. Selain itu, mungkin juga  pernah ada "Borobudur Idol" pada masa itu. Sebab kesenian musik tak hanya keterampilan menabuh instrumen, tapi meliputi juga kemahiran bersenandung.
Adanya gambaran ensambel pada relief Borubudur mengindikasikan bahwa telah ada semacam kolaborasi musik pada masa lampau. Pertemuan para pemain musik memungkinkan adanya "Orkestra Borobudur". Tidaklah berlebihan membayangkan pada masa itu di Borobudur telah ada pagelaran musik yang rutin digelar secara bersambungan dengan pelaksanaan ritual-ritual keagamaan atau ulang tahun raja.
Bayangkan sekumpulan orang berpadu dan berbagi peran memainkan alat musik tiup, alat musik pukul, alat musik petik, dan alat musik membraphone. Nada-nadanya yang memukau mengiringi vokal-vokal indah sejumlah penyanyi. Sementara sekumpulan penari ikut bergerak dengan liukan tubuh yang harmonis.
Mereka memainkan komposisi-komposisi ritmis tersebut di bawah langit Borobudur. Dikelilingi penonton yang berusaha menangkap inspirasi dan menerjemahkannya menjadi kepuasaan serta kebahagiaan. Begitulah mungkin Orkestra Borobudur  pada masanya.
Terakhir, mari coba memaknai fenomena gamelan yang sekarang semakin banyak dipelajari oleh negara-negara lain. Barangkali ini semacam kelanjutan gaung Sound of Borobudur yang telah menembus zaman dan tak berhenti memukau dunia.
Sebagai warisan mahakarya, Sound of Borobudur sudah seharusnya kita bangkitkan dan lestarikan. Sedangkan sebagai semangat peradaban, Sound of Borobudur dan Borobudur Pusat Musik Dunia perlu terus kita kabarkan pada dunia, sebagaimana kita bangga mengabarkan Wonderful Indonesia.