Bukanlah suatu rahasia bahwa selama tiga dasawarsa berkuasa  Soeharto menjadikan peringatan Supersemar setiap tanggal 11 Maret sebagai salah satu alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Rakyat Indonesia diarahkan pemahamannya untuk menerima menerima bahwa Supersemar merupakan jejak kepahlawanan. Dengan demikian rakyat juga dimanipulasi untuk memuja Soeharto sebagai penyelamat yang menerima pelimpahan kekuasaan dari Soekarno.
Ironisnya, hingga detik ini masih banyak orang yang tetap menganggap Soeharto sebagai panyelamat bangsa. Tanda bahwa bukan sekadar kekuasaan yang dikudeta oleh Soeharto, tapi juga pemahaman rakyat Indonesia berhasil ia kendalikan selama puluhan tahun.
Oleh karena itu, kini sangat penting untuk memahami Supersemar secara lebih jelas dan benar. Peringatannya perlu menjadi tonggak untuk mengkaji salah satu peristiwa kelam dan tragis dalam sejarah bangsa Indonesia.
Supersemar merupakan saksi bisu atas kudeta yang dilakukan Soeharto terhadap Soekarno dan bangsa Indonesia sekaligus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H