Pada 18 Maret 1966 Soeharto menangkap 15 menteri pengikut Seokarno dengan tuduhan amoral dan terlibat PKI. Puncaknya, Soeharto berkomplot dengan MPRS sehingga pidato pertanggungjawaban Soekarno ditolak dalam Sidang Umum MPRS. Seiring dengan hal itu MPRS menerbitkan ketetapan untuk Supersemar.
Saat itulah Soekarno secara tragis telah dilengserkan. Kudeta oleh Soeharto mencapai tujuan dan sasarannya.
Tak puas hanya mengkudeta kekuasaan dari Seokarno, Soeharto yang dilantik sebagai presiden pada 12 Maret 1967 segera melakukan desakralisasi dan stigmatisasi Soekarno. Lewat orde baru yang dipimpinnya, Soeharto mengkudeta banyak bagian dalam sejarah bangsa di mana ia mengendalikan, memanipulasi, dan merekayasa narasi-narasi sejarah, bangsa, khususnya terkait Soekarno, PKI, dan Supersemar.
Melacak Supersemar Asli
Keberadaan naskah Supersemar yang asli masih belum diketahui hingga saat ini. Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI) memiliki tiga versi Supersemar. Masing-masing didapat dari Pusat Penerangan TNI, Sekretariat Negara, dan Akademi Kebangsaan.
Sempat ada keyakinan bahwa satu di antaranya merupakan Supersemar yang asli. Akan tetapi hasil uji forensik di laboratorium Polri menyimpulkan bahwa ketiganya tidak otentik alias palsu.
Selain palsu, ketiga versi Supersemar juga memiliki perbedaan satu sama lain. Ada yang satu lembar dan dua lembar. Logo garuda dan kop surat tidak seragam. Begitupula nama "Soekarno" yang pada salah satu versi ditulis "Sukarno". Tanda tangan Soekarno dalam naskah juga dipalsukan.
ANRI telah berulang kali menelusuri keberadaan Supersemar yang asli. Termasuk dengan berusahan mendatangi Soeharto. Akan tetapi sampai penguasa orde baru tersebut meninggal, ANRI gagal mendapatkan petunjuk.
Pencarian kemudian dialihkan kepada orang-orang terdekat Soeharto. Salah satunya M. Jusuf, salah satu kurir Supersemar yang mengaku menyimpan salinan naskah aslinya. Upaya ini tidak berhasil karena M. Jusuf tidak pernah menunjukkan salinan yang dimaksud sampai akhirnya ia meninggal dunia.
Misteri keberadaan Supersemar yang asli mengindikasikan bahwa kudeta memang dirancang dengan sangat cermat dan rapi oleh Soeharto. Adanya tiga versi naskah Supersemar merupakan taktik yang disengaja oleh Soeharto untuk menutupi kebenaran soal isi dan bagaimana ia mendapatkannya untuk mengkudeta Soekarno. Sementara naskah aslinya diyakini banyak pihak disimpan sendiri oleh Soeharto.
Soeharto Mengkudeta Sejarah Bangsa
Walau naskah aslinya tak terlacak jejaknya, dari penulusuran sejarah dan pengakuan saksi-saksi, serta mencermati isi dari tiga versi yang ada, diketahui bahwa Supersemar mengandung subtansi bahwa Soekarno hanya memberikan tugas kepada Soeharto untuk mengamankan jalannya pemerintahan dan melindungi Soekarno beserta keluarganya.
Tugas atau perintah itu tidak sepenuhnya dipatuhi oleh Soeharto. Menurut Soeharto, Supersemar adalah pengalihan kekuasaan yang diberikan Soekarno kepadanya. Soeharto menggunakan Supersemar untuk mengkudeta Soekarno dan bahkan menghabisi pengaruh sang proklamator.