Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Taksi Online di Tengah Pandemi Corona, dari Sulit "Tutup Poin" sampai Menolak Order Rumah Sakit

18 Maret 2020   10:15 Diperbarui: 19 Maret 2020   08:44 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menumpang taksi online pada Minggu malam | Dokumentasi pribadi

Sekitar 30% adalah masyarakat umum dan wisatawan dengan berbagai tujuan. Sedangkan sisanya dari dan menuju mal-mal. 

Akibatnya penghasilan Eky dan rekan-rekannya sesama pengemudi taksi online menurun. "Paling bersih sekarang dapatnya seratus lima puluh ribu maksimal", katanya menyebutkan penghasilannya semenjak Covid-19 mewabah.

Selain penghasilan yang menurun, Eky juga terpaksa memperpanjang jam kerjanya agar bisa "tutup poin". Dalam kondisi normal Eky biasanya bekerja dari pukul 07.30 sampai 16.00. Dengan rentang waktu tersebut ia sudah bisa tutup poin dan segera kembali ke rumah sebelum maghrib.

Kini Eky mengaku sulit tutup poin dengan cepat. Ia harus menunggu hingga larut malam demi mencapai target jumlah order tiap harinya. Itu disebabkan karena semakin sedikit orang yang mau ke luar rumah. 

Malam itu sekitar pukul 21.00 ketika mengantarkan saya, Eky mengaku masih akan menunggu satu order lagi agar bisa tutup poin.

Dilema juga dialaminya ketika hendak menerima order. Pada satu sisi ia membutuhkan order secepat mungkin. Namun, di sisi lain ia merasa perlu selektif menerima order.

"Sekarang kalau dapat (order) dari rumah sakit, cancel. Mau ke rumah sakit, cancel", tegasnya. Eky mengaku sedikit was-was sehingga menghindari order dari dan menuju rumah sakit. 

Meskipun membatalkan order memiliki konsekuensi kurang baik bagi performa pengemudi, Eky memilih untuk menerima risiko itu. Apalagi di rumah ada anak dan istrinya yang juga harus dilindunginya dari kemungkinan penularan Covid-19.

Selain menghindari order dari dan menuju rumah sakit, ia juga selektif menerima penumpang dari stasiun dan bandara. Untuk sementara ia tidak mau mengantar turis asing. 

Eky pun menceritakan kalau sore itu ia sempat menolak order dari Stasiun Tugu begitu mengetahui pemesan dan penumpangnya wisatawan asing. "Saya coba telepon. Pura-pura saja tidak bisa bahasa Inggris, terus dicancel sama dia", katanya.

Di tengah penghasilannya yang menurun dan jam kerja lebih lama, Eky juga masih harus dipusingkan dengan kewajiban lain. "Ini yang masih sewa atau kredit kendaraan pusinglah, leasing mana mau tahu", curhatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun