Itu pun belum cukup. Jika transportasi publik yang dikelola oleh perusahaan negara atau pemerintah daerah mungkin tidak mengalami banyak kendala, bagaimana dengan angkutan umum lainnya yang memiliki lebih banyak keterbatasan?
Mungkin tidak terlalu sulit bagi Kereta api Indonesia, MRT, Transjakarta melakukan sterilisasi dan menyediakan disinfektan. Akan tetapi bagaimana dengan angkutan-angkutam umum di daerah?
Sikap sadar diri masyarakat terhadap kondisi kesehatannya juga mengambil peran yang besar. Tidaklah mudah bagi awak angkutan bus kota untuk menilai kesehatan setiap penumpangnya. Apalagi jika tidak ada pemeriksaan kesehatan atau suhu tubuh sebelumnya di terminal. Banyak pula penumpang yang naik tidak di terminal.
Maka perlu kesadaran individu bahwa sebaiknya tidak menumpang angkutan umum jika sedang sakit dan memiliki gejala seperti Covid-19.
***
Tak kalah penting untuk diperhatikan ialah adanya area abu-abu dalam penanganan Covid-19 terkait transportasi publik. Area abu-abu itu ialah transportasi online berbasis aplikasi.
Sebagaimana diketahui transportasi online tidak digolongkan sebagai angkutan umum. Namun, pada kenyataannya transportasi online saat ini menjadi salah satu moda transportasi yang dominan digunakan masyarakat.
Kapasitas taksi online yang merupakan kendaraan pribadi memang tidak sebesar bus kota. Ojek online juga hanya ditumpangi oleh seorang penumpang sekali jalan. Namun, Â jarak tempuh dan frekuensi perjalanan taksi atau ojek online bisa jadi setara dengan angkutan umum.Â
Dalam sehari sebuah taksi online mungkin bisa mendapatkan penumpang lebih banyak dibanding sebuah bus yang melayani rute dalam kota. Begitupun ojek online bisa puluhan kali mengantar penumpang hanya dalam beberapa jam.
Transportasi online juga banyak beroperasi di tempat-tempat strategis dan menjangkau simpul-simpul transportasi publik yang ramai dan rentan seperti kawasan dekat bandara, stasiun, dan terminal.