Saya jadi terkesan. Pertama, karena oleh-oleh untuk ibu ternyata saya dapatkan dengan bantuan dari seorang pengemudi Grab yang juga seorang ibu. Kedua, ucapan maaf dari Bu Puji untuk struk pembelian yang hilang adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Saya menangkapnya bukan sebagai ketakutan atas prosedur wajib bagi pengemudi Grab untuk menyertakan struk pembelian/pesanan GrabFood.Â
Permintaan maaf Bu Puji terdengar tulus. Baginya penting untuk jujur dan menyampaikannya agar saya menjadi maklum. Tentu saja saya tidak mempermasalahkan struk yang tercecer tersebut. Seandainya ia tidak mengatakannya pun saya tetap lebih berterima kasih atas pertolongannya "menjemput" oleh-oleh untuk ibu.
Tak lama kemudian seorang pengemudi Grab datang menjemput dan semuanya berjalan sesuai harapan. Sepupu saya dihantar dengan selamat sampai ke rumah sakit. Namun, saya lupa memberitahunya agar tidak perlu membayar karena ongkos GrabBike sudah terbayarkan dengan saldo OVO saya.Â
Malam harinya kami kembali bertemu. Saya memastikan apakah tadi pagi ia memberikan uang kepada pengemudi Grab? Ternyata ia sempat menanyakan ongkos dan sudah bersiap menarik uang dari dompet. Namun, sang pengemudi Grab menegaskan tidak perlu membayar karena ongkos sudah dibayarkan dengan OVO.
Di sini kembali saya ditunjukkan bahwa kejujuran masih eksis di banyak tempat. Saya lega karena pengemudi Grab tersebut, seperti halnya Bu Puji, adalah bagian dari orang-orang yang menjunjung kejujuran.
Memberi Arti pada Teknologi
Pengalaman di atas hanya sebagian dari sejumlah kesan saya menggunakan Grab. Kesan yang memberi arti bahwa meski teknologi bertujuan untuk memudahkan manusia, tapi jauh lebih penting teknologi tidak membuat manusia kehilangan nilai-nilai kebaikan.
Memang sekali dua kali saya mengalami hal yang kurang nyaman. Misalnya, suatu hari saya terpaksa memberi rating rendah untuk pengemudi GrabBike yang berulang kali melanggar lampu lalu lintas dan berputar arah di tempat yang dilarang.
Dalam hal ini Grab perlu lebih mengedukasi mitra pengemudinya. Rekrutmen pengemudi harus lebih selektif dan pengawasan di lapangan perlu diperketat untuk mengurangi celah kenakalan yang bisa merugikan pengguna.
Bagaimana rasanya mendapat pesan seperti ini: "makasih bngt mas, semoga mas e tambh lancar rezekinya aamiin".