Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berlebaran dengan Hidangan Kebersamaan

7 Juni 2019   13:23 Diperbarui: 9 Juni 2019   10:43 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana makan bersama saat Lebaran pada Rabu (5/6/2019) pagi | Dokumentasi pribadi

Rabu (5/6/2019) pagi, salat Idulfitri di kampung kami selesai tepat pukul 07.00 WIB. Kami semua langsung kembali ke rumah. Kebetulan tempat lokasi salat tidak terlalu jauh sehingga cukup ditempuh dengan berjalan kaki pulang pergi.

Baru sebentar menginjak rumah, terdengar suara panggilan melalui pengeras suara dari musala di ujung jalan komplek rukun tetangga kami tinggal. Semua orang sudah paham maksud panggilan tersebut. Maka satu per satu pintu rumah terbuka dan semua penghuninya berduyun-duyun menuju musala.

Tidak dengan tangan kosong, hampir setiap keluarga datang dengan membawa hidangan dari dapur masing-masing. Begitu banyak yang dibawa sampai deretan meja yang disiapkan untuk meletakkan hidangan di depan musala tidak cukup menampungnya lagi.  

Teras musala pun dimanfaatkan untuk mengumpulkan hidangan-hidangan lainnya yang terus dihantar. Semua hidangan itu nantinya akan disantap bersama.

Warga membawa hidangan dari dari dapur rumahnya masing-masing Dokumentasi pribadi
Warga membawa hidangan dari dari dapur rumahnya masing-masing Dokumentasi pribadi
Dalam sekejap warga komplek sudah tumpah ruah di sekitar musala. Sambil menunggu semua warga berkumpul, warga yang sudah datang saling bercakap-cakap. Ada yang berfoto bersama, live IG, atau sekadar mendokumentasikan hidangan-hidangan yang semuanya tampak lezat.

Pukul 08.10 imam musala sekaligus tokoh agama di tempat kami tinggal mulai berbicara dan mengarahkan perhatian semua warga. Sepatah dua patah kata disampaikannya diselipi pesan-pesan keagamaan. Sadar dengan tujuan utama acara pagi itu, ia pun hanya sebentar berbicara. Ceramah singkatnya segera ditutup dengan selarik doa yang diamini secara berjamaah.

Sebagian hidangan yang akan disantap bersama-sama |Dokumentasi pribadi
Sebagian hidangan yang akan disantap bersama-sama |Dokumentasi pribadi
Setelah kata "amin" yang terakhir, semua warga langsung mengatur diri dalam barisan yang ternyata lumayan panjang. Dimulai dari barisan kaum laki-laki hingga ke ujung barisan kaum wanita, kami berjalan untuk bersalaman dan saling menyampaikan maaf.

Sesampainya di ujung barisan, warga langsung menuju tempat hidangan. Ada yang mengambil hidangan di teras musala, ada juga yang menikmati menu dari deretan meja di depan musala.

Semua orang bebas memilih hidangan yang mana pun dan dari siapa pun. Aturannya hanya satu, yakni semua harus bersantap bersama dan tak ada yang boleh pulang lebih dulu membawa hidangan sebelum acara berakhir.

Maka halaman di depan dan di samping musala pun segera menjadi ajang pesta makan kami pagi itu. Beberapa lembar karpet yang biasa digunakan sebagai alas salat di dalam musala dikeluarkan untuk alas duduk kami yang bersantap di luar musala.

Warga berbaris dan saling bersalaman serta meminta maaf |Dokumentasi pribadi
Warga berbaris dan saling bersalaman serta meminta maaf |Dokumentasi pribadi
Nyaris semua hidangan khas lebaran terhidang pagi itu. Yang paling banyak adalah opor ayam, ayam goreng, sambal goreng kentang, oseng tempe, pecel, dan tentu saja ketupat.

Bukannya tidak berselera dengan hidangan-hidangan tersebut, tapi saya sengaja mengulur waktu sedikit lebih lama demi mencari jenis hidangan berbeda yang mungkin dibawa oleh para tetangga. Kalau untuk menikmati ayam goreng dan sambal goreng, nanti sajalah di rumah sendiri.

Untungnya ada bakso. Saya menemukan dalam satu wadah besar teras mushola. Sepertinya hanya ada satu keluarga yang membawa bakso daging sapi ini dan tampaknya tidak banyak yang mengincarnya. Saya pun leluasa mengambilnya sendiri. Baru kemudian beberapa orang ikut meracik hidangan tersebut.

Santap bersama setelah bersalaman |Dokumentasi pribadi
Santap bersama setelah bersalaman |Dokumentasi pribadi
Memilih hidangan menurut selera |Dokumentasi pribadi
Memilih hidangan menurut selera |Dokumentasi pribadi
Selama makan bersama suasana penuh keakraban terjalin di antara warga, terutama mereka yang kembali dari rantau. Sambil menghabiskan hidangan, satu demi cerita terdengar diperbincangkan. Banyak pula canda dan senda gurau yang mengiringi pertemuan  satu tahun sekali ini.

Berlebaran dengan cara bersalaman dan menyantap hidangan bersama-sama di satu tempat seperti ini sebenarnya baru pertama kali diadakan di komplek kami tinggal. Tahun-tahun sebelumnya agenda silaturahmi saat lebaran dilaksanakan dengan cara berkeliling dan saling mendatangi rumah. Kemudian di rumah tokoh masyarakat yang dituakan kami berkumpul sebentar sambil membuka diri terhadap kemungkinan ditawari makan bersama.

Bakso dan sate ayam pilihan saya |Dokumentasi pribadi
Bakso dan sate ayam pilihan saya |Dokumentasi pribadi
Namun, tahun ini warga rukun tetangga kami menghendaki sesuatu yang berbeda. Lebaran tetap perlu dirayakan, tapi dengan cara yang tidak sama dengan kebiasaan sebelumnya. Berkumpul dan bersantap bersama di musala pun dimufakati. Perayaan seperti ini dianggap bisa semakin memperkuat kebersamaan antar warga. Selain itu tidak terlalu melelahkan dan menghabiskan banyak waktu dibandingkan jika berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya.

Memang bagi beberapa orang bersilaturahmi dengan mendatangi setiap rumah akan lebih memberi pengalaman personal. Bagi sang tuan rumah ada keharuan karena merasa dihormati. Sedangkan bagi yang berkunjung ada kepuasaan karena sudah datang dan meminta maaf secara langsung di rumah yang dituju.

Menikmati hidangan lebaran bersama-sama |Dokumentasi pribadi
Menikmati hidangan lebaran bersama-sama |Dokumentasi pribadi
Walau demikian, perayaan lebaran dengan mengumpulkan semua warga di satu tempat  juga bukan cara yang buruk. Semangat silaturahmi sama sekali tidak hilang. Bahkan, gelaran berkumpul seperti ini membuktikan bahwa meski zaman telah berubah, tapi kerukunan dan solidaritas tidak pernah dilupakan. Malahan terasa lebih hangat dan nikmat karena berbagi hidangan penuh kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun