Motif HoaksÂ
Menurut Idnan, motif politik adalah variabel utama dan yang paling kuat mendorong produksi hoaks. Kebohongan yang dibuat dan disebarkan oleh Firaun dalam upaya menyerang Nabi Musa memperlihatkan bagaimana hoaks dibuat untuk tujuan politik dan kekuasaan.Â
Hoaks semacam ini selain menggiring opini dan membohongi masyarakat, juga untuk menjatuhkan lawan politik. Pada era sekarang hoaks bermotif politik bisa dilakukan oleh penguasa maupun oposisi yang ingin merusak citra pemimpin dan menghambat kinerja pemerintah.
Selanjutnya adalah motif materi. Dengan kritis Idnan menyoroti perilaku orang-orang yang suka menyelewengkan agama, menjual ayat-ayat, dan membuat dalih-dalih untuk menyesatkan masyarakat.Â
Mereka yang berbuat demikian menjadikan agama sebagai kedok agar terlihat saleh padahal sedang melakukan kebohongan demi mendapatkan keuntungan materi atau kedudukan. Perilaku menjual agama dalam praktik hoaks seperti ini dijelaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 78-79.
Ada pula hoaks yang bermotif kelompok. Di Indonesia perilaku hoaks seperti ini sering dilakukan oleh kader militan kelompok tertentu untuk menaikkan citra kelompoknya atau untuk membusukkan citra kelompok lain.
Dosa Besar
Dampak yang ditimbulkan oleh hoaks sangatlah serius. Apalagi, fenomena hoaks saat ini memiliki beberapa motif sekaligus. Misalnya, hoaks untuk menjatuhkan kredibilitas seseorang disisipi motif agama dan materi.Â
Selain menyesatkan, hoaks dapat merusak mental dan moral masyarakat. Apalagi jika hoaks disertai fitnah dan ujaran kebencian sehingga menyebabkan pudarnya sifat-sifat kemanusiaan seperti kasih sayang dan saling menghormati.Â
Sejarah peradaban juga memperlihatkan hoaks tidak hanya mencelakan orang per orang, tapi juga bisa menghancurkan sebuah negara dan bangsa. Oleh karena itu, Islam menempatkan perilaku produksi dan penyebaran hoaks sebagai dosa besar yang sangat diperhitungkan di hari akhir.