Kini setiap hari Budi menghabiskan sekitar 15 kg daging ayam untuk membuat Sate Merah. Sebenarnya selain Sate Merah dan Lilit Basah ia juga memiliki resep Ceker Tugel. Namun, menu yang terakhir itu tidak bisa setiap hari ia sediakan.
Lidah 63 Negara
Meskipun Sate Merah berbeda dengan sate pada umumnya, cita rasanya ternyata diterima dan disukai oleh banyak orang. Tidak hanya oleh lidah lokal, tapi juga oleh para wisatawan. Hingga Agustus 2018 Sate Merah telah menyentuh lidah banyak wisatawan dari 63 negara yang berbeda. Sebagian kunjungan wisatawan asing itu bisa dilihat dari sejumlah foto dan testimoni yang dipajang pada dinding warung.
Banyak di antara wisatawan itu mengetahui Warung Sate Ratu dari sesama wisatawan maupun pemandu perjalanan wisata yang sebelumnya telah merasakan kelezatan Sate Merah dan Lilit Basah. Mereka yang puas juga memberikan ulasan dan menyampaikan pengalamannya. Itulah yang menjadi salah satu sebab warung ini mendapatkan Certificate of Excellence dari Tripadvisor pada 2017 dan 2018.Â
Selain sertifikat dari Trip advisor, sejumlah penghargaan dan pengakuan lain juga didapatkan oleh Warung Sate Ratu pada 2018. Di antaranya terpilih sebagai salah satu dari 95 Food Startup Indonesia oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan menjadi finalis Penerus Warisan Kuliner Kecap Bango tingkat Nasional.Â
Setelah tiga tahun Budi percaya diri untuk terus menyajikan Sate Merah dan Lilit Basah. Ia pun belum berpikir untuk menghadirkan menu lain di warungnya. Spesialisasi dan kekhasan sangat penting baginya. Kalaupun ingin menambahkan pilihan menu baru, ia baru akan melakukannya sekitar dua tahun lagi. Soal persaingan bisnis kuliner yang semakin ramai di Yogyakarta ia pun menganggapnya sebagai hal yang biasa. "Kalau memang saya punya menu dan kualitas yang baik, kenapa harus khawatir?", tegasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H