Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Kitab Ajaran Ivan Lanin

2 Agustus 2018   09:44 Diperbarui: 2 Agustus 2018   12:00 2295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mana yang tepat, blogger atau bloger? Akhir-akhir ini penulisan bloger lebih banyak dipilih dibanding blogger. Tapi ada padanan yang lebih tepat dan pas dalam bahasa Indonesia untuk kedua istilah tersebut, yaitu narablog.

Dari mana pula asal kata aktivitas? Selama ini khalayak menganggap bahwa aktivitas adalah turunan dari kata aktif yang diserap dari kata active (Inggris) dan mendapatkan akhiran -itas.

Di sekolah sering diajarkan bahwa penambahan akhiran -itas pada kata aktif menyebabkan huruf f berganti menjadi v. Ternyata hal tersebut keliru karena kata aktivitas diserap langsung dari bahasa Belanda, yaitu activiteit.

Masalah-masalah dan bentuk salah kaprah seperti itulah yang dijelaskan dalam buku "Xenoglosofilia, Kenapa Harus Nginggris?" karya Ivan Lanin. 

Buku ini menggedor kepedulian kita terhadap bahasa Indonesia sekaligus memperbaiki pemahaman yang selama ini terlanjur diyakini.

Diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (dok. pri).
Diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (dok. pri).
Ivan Lanin adalah seorang wikipediawan yang giat mengkampanyekan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui media sosial. 

Peraih penghargaan sebagai Peneroka Bahasa Indonesia Dari dari Badan Bahasa ini juga menulis blog. Isinya tidak jauh berbeda dengan kampanyenya di media sosial yang mengajak khalayak mencintai bahasa Indonesia sekaligus mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik berbahasa Indonesia.

Cuitan-cuitan Ivan Lanin di twitter menarik perhatian khalayak, terutama generasi muda. Ia menjadi tempat bertanya khalayak seputar permasalahan bahasa. 

Informasi dan penjelasan yang diberikannya mampu memperkaya pengetahuan bahasa. Caranya berinteraksi yang santai, akrab, dan kadang-kadang menggelitik membuat ajarannya disukai. Ajaran Ivan Lanin tidak menggurui, tapi mencerahkan.

Xenoglosofilia

Menurut Ivan permasalahan bahasa seperti ketidaktepatan dalam penggunaaan kata dan istilah Indonesia disebabkan karena khalayak kurang memahami makna kata.

Khalayak pengguna bahasa juga malas mencari padanan kata untuk istilah-istilah asing yang digunakan sehingga timbul salah kaprah.

Ada pula kecenderungan khalayak untuk menggantikan istilah dalam bahasa Indonesia dengan istilah dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris karena dianggap lebih keren. Khalayak semakin terbiasa dan senang menggunakan kata-kata asing secara tidak wajar. Gejala ini disebut Xenoglosofilia.

Xenoglosofilia (dok. pri).
Xenoglosofilia (dok. pri).
Selain menimbulkan salah kaprah, Xenoglosofilia juga membuat bahasa Indonesia kurang berkembang. Tidak sedikit padanan kata atau istilah bahasa Indonesia yang sebenarnya sudah ada sejak lama dan semestinya digunakan justru kalah populer dibanding serapannya dari bahasa asing. Contohnya mangkus (efektif), sangkil (esifien), gerip (stylus) dan sebagainya. 

Menelusuri Makna

Menggunakan padanan kata yang tepat sangat penting untuk memajukan dan menambah perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Jika ada istilah-istilah asing yang baru atau mulai sering digunakan dalam praktik berbahasa, upaya pencarian padanan katanya dalam bahasa Indonesia perlu segera dilakukan sebelum istilah asing tersebut populer. Semakin populer istilah asing akan semakin sulit khalayak menerima padanannya dalam bahasa Indonesia.

Untuk mencari padanan kata Ivan menekankan pentingnya menelusuri konsep makna yang dikandung oleh kata atau gabungan kata. 

Pemahaman terhadap makna adalah syarat untuk membuat istilah. Padanan kata bisa digali dari bahasa daerah serta bahasa kuno seperti Sansekerta dan Kawi. 

Jika dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa kuno tidak berhasil mendapatkan padanannya, penyerapan dari bahasa asing bisa dilakukan. Namun, ejaan dan lafalnya perlu disesuaikan agar lebih mudah diucapkan dan ditulis dalam bahasa Indonesia.

Pentingnya memahami makna (dok. pri).
Pentingnya memahami makna (dok. pri).
Selain narablog yang sudah disebutkan di awal, buku ini memperkenalkan sejumlah padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk beberapa istilah asing yang populer.  

Beberapa padanan kata sudah ada sejak lama dan buku ini bermaksud membangkitkan lagi penggunaanya. Misalnya adalah lahan yasan sebagai padanan untuk real estate. 

Istilah lahan yasan yang terdengar indah sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi kebutuhan pemasaran di bidang properti lebih menyukai penggunaan istilah asingnya. 

Istilah lahan yasan pun kalah populer seperti halnya adimarga kalah populer dibanding boulevard dan tengaran kalah populer dibanding landmark. Contoh lainnya adalah hospitality yang sering diterjemahkan menjadi perhotelan atau perhotelan dan restoran. 

Tapi menurut Ivan Lanin terjemahan tersebut kurang menggambarkan makna yang dikandung oleh hospitality. Penyerapan secara langsung menjadi hospitalitas juga kurang tepat. Padanan yang tepat sesuai makna hospitality adalah penjamuan.

Dengan menelusuri konsep makna Ivan Lanin mencari padanan-padanan kata untuk beberapa istilah asing lainnya. Salah satunya adalah crowdsourcing yang bermakna pemberian tugas kepada sekelompok besar orang, terutama melalui internet, biasanya tanpa kompensasi finansial. 

Istilah crowd bisa dipadanankan dengan kerumunan atau gerombolan, tapi Ivan lebih memilih khalayak karena terdengar lebih enak dan tidak berkonotasi negatif seperti kerumunan dan gerombolan. 

Sedangkan sourcing bisa dipadankan dengan sumber atau daya. Ivan lebih memilih daya. Dengan demikian padanan yang tepat untuk crowdsourcing adalah daya khalayak.

Gerip adalah padanan untuk stylus (dok. pri).
Gerip adalah padanan untuk stylus (dok. pri).
Bidang teknologi informasi termasuk paling banyak menggunakan istilah asing. Dua di antaranya yang sangat populer adalah online dan offline. Banyak yang memilih tidak menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. 

Namun, akhir-akhir ini banyak yang menggunakan istilah daring (dalam jaringan) sebagai padanan untuk online dan luring (luar jaringan) untuk offline. Meskipun dua istilah tersebut cukup menarik, Ivan menganjurkan untuk menggunakan istilah terhubung (online) dan terputus (offline) seperti yang ditunjukkan dalam Panduan Pembakuan Istilah Inpres Nomor 2 Tahun 2001.

Pencarian padanan kata juga dilakukan untuk singkatan-singkatan bahasa asing yang populer. Salah satunya adalah FAQ yang merupakan singkatan dari Frequently Asked Questions. 

Ivan mengusulkan Tanja yang merupakan akronim dari tanya jawab  sebagai padanan untuk FAQ. Pembentukan akronim tanja disesuikan dengan FAQ yang merupakan bentuk singkatan.

Asal kata (dok. pri).
Asal kata (dok. pri).
Selain itu ada metode perluasan makna untuk membentuk padanan kata dalam bahasa Indonesia. Contoh hasilnya adalah canggih yang diperluas maknanya dari "cerewet" menjadi padanan untuk sophisticated yang bermakna rumit. Demikian pula dengan istilah tagar yang sebelumnya bermakna guruh atau guntur, diperluas maknanya sebagai padanan untuk hashtag.

Agar terhindar dari salah kaprah, penting untuk mengetahui asal kata. Salah satu contohnya adalah investasi yang ternyata bukan diserap dari bahasa Inggris (invesment) atau dari investacy meski akhira -cy pada bahasa Inggris sering berubah menjadi -si dalam bahasa Indonesia. 

Penelusuran Ivan Lanin melalui sumber ahli bahasa menemukan bahwa kata investasi berasal dari kata investatie dalam bahasa Belanda. Akhiran -atie kemudian menjadi -asi dalam investasi.

Padat berisi

Semua tulisan di dalam buku ini disampaikan dengan aliran kalimat yang sederhana dan mudah dicerna sehingga membacanya terasa tidak membosankan. 

Penggunaan warna cerah untuk sampul dan beberapa halaman buku menyiratkan pendekatan Ivan Lanin untuk mengajak khalayak menggali bahasa Indonesia dengan cara yang lebih luwes dan akrab.

Sampul belakang (dok. pri).
Sampul belakang (dok. pri).
Membaca lebih dari 100 tulisan pendek di dalam buku ini seperti menjalani sebuah kelas bahasa Indonesia yang padat berisi tapi tidak memberatkan. Masalah seputar padanan kata, asal kata, struktur paralel, kaidah KPST, penggunaan huruf kapital, cara menulis rupiah, dan sebagainya disampaikan secara jelas tanpa menghabiskan terlalu banyak baris kalimat. 

Tulisan-tulisan dalam buku ini mampu memberikan pemahaman yang mendalam tentang bahasa Indonesia sehingga kesalahan-kesalahan dalam berbahasa diharapkan dapat dikikis. 

Di sisi lain Ivan Lanin mencoba bersikap kritis terhadap pengguna bahasa dan perkembangan bahasa indonesia. Misalnya soal kata skedul dan mengensel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 

Padahal, bahasa Indonesia sudah memiliki kata jadwal dan membatalkan. Dalam hal ini Ivan Lanin menunjukkan bahwa KBBI pun ternyata telah tercemar oleh gejala "nginggris".

Kenapa harus nginggris? (dok. pri).
Kenapa harus nginggris? (dok. pri).
Hadirnya buku "Xenoglosofilia, Kenapa Harus Nginggris?" patut disyukuri. Dari judulnya saja buku ini sudah menjadi tawaran untuk merenungkan secara jujur kepedulian khalayak terhadap bahasa Indonesia. 

Praktik berbahasa dengan menggunakan banyak istilah asing bukanlah sesuatu yang membanggakan. Lewat buku ini Ivan Lanin menunjukkan keistimewan bahasa Indonesia.

Jika ada kata atau istilah dalam bahasa Indonesia yang terkesan aneh, itu hanya masalah kebiasaan. Asalkan digunakan terus secara konsisten khalayak akan terbiasa dan menjadi tidak aneh lagi. 

Semakin khalayak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka bahasa Indonesia pun akan semakin mantap. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun