Mana yang tepat, blogger atau bloger? Akhir-akhir ini penulisan bloger lebih banyak dipilih dibanding blogger. Tapi ada padanan yang lebih tepat dan pas dalam bahasa Indonesia untuk kedua istilah tersebut, yaitu narablog.
Dari mana pula asal kata aktivitas? Selama ini khalayak menganggap bahwa aktivitas adalah turunan dari kata aktif yang diserap dari kata active (Inggris) dan mendapatkan akhiran -itas.
Di sekolah sering diajarkan bahwa penambahan akhiran -itas pada kata aktif menyebabkan huruf f berganti menjadi v. Ternyata hal tersebut keliru karena kata aktivitas diserap langsung dari bahasa Belanda, yaitu activiteit.
Masalah-masalah dan bentuk salah kaprah seperti itulah yang dijelaskan dalam buku "Xenoglosofilia, Kenapa Harus Nginggris?" karya Ivan Lanin.Â
Buku ini menggedor kepedulian kita terhadap bahasa Indonesia sekaligus memperbaiki pemahaman yang selama ini terlanjur diyakini.
Peraih penghargaan sebagai Peneroka Bahasa Indonesia Dari dari Badan Bahasa ini juga menulis blog. Isinya tidak jauh berbeda dengan kampanyenya di media sosial yang mengajak khalayak mencintai bahasa Indonesia sekaligus mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik berbahasa Indonesia.
Cuitan-cuitan Ivan Lanin di twitter menarik perhatian khalayak, terutama generasi muda. Ia menjadi tempat bertanya khalayak seputar permasalahan bahasa.Â
Informasi dan penjelasan yang diberikannya mampu memperkaya pengetahuan bahasa. Caranya berinteraksi yang santai, akrab, dan kadang-kadang menggelitik membuat ajarannya disukai. Ajaran Ivan Lanin tidak menggurui, tapi mencerahkan.
Xenoglosofilia
Menurut Ivan permasalahan bahasa seperti ketidaktepatan dalam penggunaaan kata dan istilah Indonesia disebabkan karena khalayak kurang memahami makna kata.
Khalayak pengguna bahasa juga malas mencari padanan kata untuk istilah-istilah asing yang digunakan sehingga timbul salah kaprah.
Ada pula kecenderungan khalayak untuk menggantikan istilah dalam bahasa Indonesia dengan istilah dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris karena dianggap lebih keren. Khalayak semakin terbiasa dan senang menggunakan kata-kata asing secara tidak wajar. Gejala ini disebut Xenoglosofilia.
Menelusuri Makna
Menggunakan padanan kata yang tepat sangat penting untuk memajukan dan menambah perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Jika ada istilah-istilah asing yang baru atau mulai sering digunakan dalam praktik berbahasa, upaya pencarian padanan katanya dalam bahasa Indonesia perlu segera dilakukan sebelum istilah asing tersebut populer. Semakin populer istilah asing akan semakin sulit khalayak menerima padanannya dalam bahasa Indonesia.
Untuk mencari padanan kata Ivan menekankan pentingnya menelusuri konsep makna yang dikandung oleh kata atau gabungan kata.Â
Pemahaman terhadap makna adalah syarat untuk membuat istilah. Padanan kata bisa digali dari bahasa daerah serta bahasa kuno seperti Sansekerta dan Kawi.Â
Jika dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa kuno tidak berhasil mendapatkan padanannya, penyerapan dari bahasa asing bisa dilakukan. Namun, ejaan dan lafalnya perlu disesuaikan agar lebih mudah diucapkan dan ditulis dalam bahasa Indonesia.
Beberapa padanan kata sudah ada sejak lama dan buku ini bermaksud membangkitkan lagi penggunaanya. Misalnya adalah lahan yasan sebagai padanan untuk real estate.Â
Istilah lahan yasan yang terdengar indah sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi kebutuhan pemasaran di bidang properti lebih menyukai penggunaan istilah asingnya.Â
Istilah lahan yasan pun kalah populer seperti halnya adimarga kalah populer dibanding boulevard dan tengaran kalah populer dibanding landmark. Contoh lainnya adalah hospitality yang sering diterjemahkan menjadi perhotelan atau perhotelan dan restoran.Â
Tapi menurut Ivan Lanin terjemahan tersebut kurang menggambarkan makna yang dikandung oleh hospitality. Penyerapan secara langsung menjadi hospitalitas juga kurang tepat. Padanan yang tepat sesuai makna hospitality adalah penjamuan.
Dengan menelusuri konsep makna Ivan Lanin mencari padanan-padanan kata untuk beberapa istilah asing lainnya. Salah satunya adalah crowdsourcing yang bermakna pemberian tugas kepada sekelompok besar orang, terutama melalui internet, biasanya tanpa kompensasi finansial.Â
Istilah crowd bisa dipadanankan dengan kerumunan atau gerombolan, tapi Ivan lebih memilih khalayak karena terdengar lebih enak dan tidak berkonotasi negatif seperti kerumunan dan gerombolan.Â
Sedangkan sourcing bisa dipadankan dengan sumber atau daya. Ivan lebih memilih daya. Dengan demikian padanan yang tepat untuk crowdsourcing adalah daya khalayak.
Namun, akhir-akhir ini banyak yang menggunakan istilah daring (dalam jaringan) sebagai padanan untuk online dan luring (luar jaringan) untuk offline. Meskipun dua istilah tersebut cukup menarik, Ivan menganjurkan untuk menggunakan istilah terhubung (online) dan terputus (offline) seperti yang ditunjukkan dalam Panduan Pembakuan Istilah Inpres Nomor 2 Tahun 2001.
Pencarian padanan kata juga dilakukan untuk singkatan-singkatan bahasa asing yang populer. Salah satunya adalah FAQ yang merupakan singkatan dari Frequently Asked Questions.Â
Ivan mengusulkan Tanja yang merupakan akronim dari tanya jawab sebagai padanan untuk FAQ. Pembentukan akronim tanja disesuikan dengan FAQ yang merupakan bentuk singkatan.
Agar terhindar dari salah kaprah, penting untuk mengetahui asal kata. Salah satu contohnya adalah investasi yang ternyata bukan diserap dari bahasa Inggris (invesment) atau dari investacy meski akhira -cy pada bahasa Inggris sering berubah menjadi -si dalam bahasa Indonesia.Â
Penelusuran Ivan Lanin melalui sumber ahli bahasa menemukan bahwa kata investasi berasal dari kata investatie dalam bahasa Belanda. Akhiran -atie kemudian menjadi -asi dalam investasi.
Padat berisi
Semua tulisan di dalam buku ini disampaikan dengan aliran kalimat yang sederhana dan mudah dicerna sehingga membacanya terasa tidak membosankan.Â
Penggunaan warna cerah untuk sampul dan beberapa halaman buku menyiratkan pendekatan Ivan Lanin untuk mengajak khalayak menggali bahasa Indonesia dengan cara yang lebih luwes dan akrab.
Tulisan-tulisan dalam buku ini mampu memberikan pemahaman yang mendalam tentang bahasa Indonesia sehingga kesalahan-kesalahan dalam berbahasa diharapkan dapat dikikis.Â
Di sisi lain Ivan Lanin mencoba bersikap kritis terhadap pengguna bahasa dan perkembangan bahasa indonesia. Misalnya soal kata skedul dan mengensel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).Â
Padahal, bahasa Indonesia sudah memiliki kata jadwal dan membatalkan. Dalam hal ini Ivan Lanin menunjukkan bahwa KBBI pun ternyata telah tercemar oleh gejala "nginggris".
Praktik berbahasa dengan menggunakan banyak istilah asing bukanlah sesuatu yang membanggakan. Lewat buku ini Ivan Lanin menunjukkan keistimewan bahasa Indonesia.
Jika ada kata atau istilah dalam bahasa Indonesia yang terkesan aneh, itu hanya masalah kebiasaan. Asalkan digunakan terus secara konsisten khalayak akan terbiasa dan menjadi tidak aneh lagi.Â
Semakin khalayak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka bahasa Indonesia pun akan semakin mantap.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H