Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berbuka dengan Es Cincau, Tak Cukup Segelas!

1 Juni 2018   12:55 Diperbarui: 1 Juni 2018   13:03 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembut, sedikit kenyal, dan warnanya menarik. Semakin menggiurkan dalam guyuran santan, gula jawa, dan es batu. Satu gelas sudah bisa mengalirkan kesegaran di kerongkongan. Apalagi, kalau dua gelas.

Masyarakat kita menamainya es cincau. Nama itu merujuk pada jenis tumbuhan yang daunnya digunakan sebagai bahan utama pembuatannya. Meskipun sebutan "cincau" cenderung bias karena sebenarnya ada banyak jenis tumbuhan yang bisa dijadikan sumber penghasil cincau.

Cincau yang dimaksud dalam es cincau adalah gel hasil ekstraksi dari daun tumbuhan Cyclea barbata (cincau hijau) dan Mesona palustris (cincau hitam). Selain keduanya masih ada beberapa jenis tumbuhan cincau lainnya. Tapi umumnya cincau yang banyak dijumpai adalah cincau hijau dan cincau hitam.

Es Cincau minuman kesukaan pelengkap buka puasa (dok. pri).
Es Cincau minuman kesukaan pelengkap buka puasa (dok. pri).
Es cincau sudah menjadi minuman kesukaan saya sejak dulu. Waktu kecil saya sering merengek meminta dibelikan es ini. Ketika itu orang tua sering tidak mengizinkan dengan alasan: "nggak boleh minum es terus, nanti pilek!".

Tapi setelah beranjak besar dan sudah bisa pergi membeli jajan sendiri, tentu saja setelah meminta uang jajan pada ibu, setiap kali menjumpai penjual es cincau lewat dengan gerobak atau sepedanya, saya segera menghampirinya. Lalu sambil mengayuh sepeda dan "touring" desa bersama teman-teman, satu tangan saya memegang es cincau yang dibungkus plastik.

Hingga kini kegemaran saya pada es cincau tidak berkurang. Rasanya seperti ketagihan setelah menenggak segelas. Paduan lembut dan kenyal cincau, ditambah manisnya gula jawa dan santan encer dengan es batu yang dingin. Siapa yang tak suka dengan kesegarannya?

Selain karena memori masa kecil di atas, kegemaran saya meminum es cincau juga karena kandungan dan manfaatnya.  Cincau disukai karena berkhasiat menangani panas dalam dan gangguan lambung.

Dalam daun cincau terdapat kalori, karbohidrat, protein, dan lipid. Selain itu kandungan seratnya yang tinggi dengan tambahan mineral seperti Kalsium, Besi dan Fosfor. Masih ditambah kandungan vitamin A, B dan C. Dalam ekstrak daun cincau juga teridentifikasi senyawa metabolit sekunder dari golongan flavonoid dan fenol yang berkhasiat sebagai antioksidan.

Dengan kata lain cincau cukup baik sebagai bahan makanan dan minuman alternatif. Masyarakat Indonesia yang pandai meramu makanan dan minuman kemudian menemukan cara penyajian cincau dalam bentuk minuman es.

Penjual es cincau langganan selama bulan Ramadan sejak 2015 (dok. pri).
Penjual es cincau langganan selama bulan Ramadan sejak 2015 (dok. pri).
Saat bulan Ramadan saya suka menjadikan es cincau sebagai minuman pengiring buka puasa. Tidak setiap hari, tapi es cincau jadi pilihan pertama saya jika sedang ingin berbuka dengan minuman yang segar.

Bicara tentang es cincau di bulan Ramadan, saya jadi ingat seorang bernama Arif. Ia adalah penjual es cincau keliling yang biasa dijumpai di kawasan sekitar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Sudah sejak 2007 ia berjualan es cincau menggunakan gerobak yang disambung dengan bagian sepeda sehingga ia bisa mengayuhnya.

Pada hari-hari biasa ia berjualan mulai pukul 10.00 WIB. Berangkat dari rumahnya di daerah Karangmalang, dekat kampus UNY, ia berkeliling menawarkan es cincau hijau. Sementara saat puasa, ia mulai berjualan pukul 14.30 WIB.

Gel cincau hasil penjendalan dari ekstrak daun cincau (dok. pri).
Gel cincau hasil penjendalan dari ekstrak daun cincau (dok. pri).
Dari dialah saya mendapatkan es cincau yang segar saat bulan Puasa. Pertama kali membeli es cincau darinya pada 2015 dan sejak itu setiap bulan Ramadan saya selalu mendatanginya. Ia biasa melayani pembeli di sekitar Jalan Agro, hingga di utara kampus Fakultas Kehutanan UGM.

Pada 2015 ia menjual es cincau hanya Rp2500 per bungkus. Tahun-tahun berikutnya Rp3500 dan pada Ramadan 2018 ini es cincau buatannya dihargai Rp4000. Wadahnya bukan lagi bungkusan plastik yang diikat, tapi sudah menggunakan gelas plastik dengan penutup.

Es cincau buatan Arif tidak hanya murah, tapi juga segar dan manis. Cincau hijaunya padat, tidak terlalu lembek dan dingin di mulut. Menurut pria asal Banjarnegara ini, untuk mendapatkan gel cincau hijau yang baik butuh waktu 3 jam dengan air panas hingga sedang.

Gel cincau didapatkan dari proses ekstraksi daun yang telah direbus, kemudian disaring dan dilanjutkan dengan proses penjendalan hingga dihasilkan gel yang kenyal dan padat. Setiap hari ia menghabiskan 1 kg daun cincau untuk membuat gel cincau.

Selamat berbuka! (dok. pri).
Selamat berbuka! (dok. pri).
Hal lain yang membuat es cincaunya terasa lebih segar adalah santan kelapa yang dicampur dalam watu wadah besar dengan remukan es batu. Ia juga menggunakan gula jawa cair yang kental dan wangi. Belakangan ia menambahkan sirup merah dan bubur mutiara sehingga tampilan serta aroma es cincaunya semakin menggoda. 

Saya sendiri lebih suka tanpa sirup dan bubur mutiara tersebut. Dengan komposisi yang sederhana seperti itu pun segelas es cincau sudah mampu memberikan kesegaran dan kesenangan. Tapi kalau es cincau buatan mas Arif saya tak pernah cukup hanya segelas, selalu membeli dua gelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun