Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apa Perlu Bloger Menulis Feature?

17 Mei 2018   11:32 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:24 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis feature berarti menghidupkan daya empatik dan itu bisa didapat dengan menyeimbangkan potensi fiksi dan non fiksi. "Jika selama ini seseorang cenderung menyukai fiksi, mulailah untuk sering juga membaca non-fiksi. Begitu juga sebaliknya", kata Ang Tek Khun. Dengan begitu maka terbuka cakrawala baru dalam menggali cerita dan merumuskannya dalam tulisan.

Menulis empatik (dok. pri).
Menulis empatik (dok. pri).
Berikutnya bergerak dari sekadar menyebutkan menjadi menerangkan dan memperlihatkan atau istilahnya "show don't tell". Mendeskripsikan karakter, sifat, suasana, atau situasi apapun diperlukan untuk mencipta feature. Daripada menyebut "cantik", cobalah menguraikan bagaimana pesona yang terpancar dari cantik yang dimaksud.

Menyajikan feature berarti menyediakan lubang bagi para pembaca untuk bisa mengintip sisi menarik dan kekuatan tulisan secara keseluruhan. Paragraf-paragraf pemikat di awal tulisan adalah lubangnya atau yang disebut lead.

Lubang-lubang itu bisa disajikan secara naratif, deskriptif, maupun kombinasi. Jika dirasa sulit, masih ada strategi lain yakni dengan menempatkan kutipan. Menurut Ang Tek Khun tidak masalah memakai quote yang populer sebagai lead asalkan sesuai.

Dimulai dari kekuatan kata (dok. pri).
Dimulai dari kekuatan kata (dok. pri).
Akan tetapi perlu diingat bahwa lead adalah pemikat yang ditempatkan di awal, maka isinya adalah unsur-unsur yang sangat penting dari keseluruhan cerita dan tulisan. Formula lead bisa didapatkan dengan menarik kesimpulan atau mengekstrak bagian tengah cerita. Kesan panca indera juga bisa dimanfaatkan sebagai unsur lead.

***

Kembali ke pertanyaan awal: "apa perlu bloger menulis feature?"

KJOG (dok. pri).
KJOG (dok. pri).
Memang bukan mutlak untuk bloger memikirkan masalah ini. Bloger juga tidak harus mengubah orientasinya. Tapi jelas bahwa di tengah banjir informasi yang "berisik" dengan rupa-rupa bentuknya saat ini, semakin terbuka pilihan, kesempatan, sekaligus tantangan bagi bloger untuk mengembangkan komunikasi lewat cara bercerita yang memungkinkan informasi bisa dinikmati lebih santai dan diterima dari hati ke hati tanpa mengorbankan kadar dan kualitas informasi. Itulah feature yang memiliki kekuatan empatik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun