Peristiwanya berlangsung di sebuah ruangan kecil yang nyaman di The Rich Hotel Yogyakarta pada Sabtu (12/5/2018) sore. Seorang penulis, bloger, dan editor dengan pengalaman 20 tahun menangani kata-kata sedang bicara di hadapan belasan orang yang seringkali harus keluyuran agar bisa punya cerita.
Mula-mula ia merumuskan pentingnya kata-kata. Menurutnya kata-kata bukanlah makhluk tanpa makna. "Kata itu tidak netral. Punya kekuatan dan bagai kudai liar sehingga perlu ditaklukkan", tegas Ang Tek Khun, orang yang saya maksud di atas.
***
Dari soal kata kemudian ia mulai masuk ke penjelasan-penjelasan lainnya tentang tulisan feature. Beberapa kali ditampilkan olehnya contoh-contoh artikel di harian Kompas sambil menggaris bawahi sisi menarik artikel-artikel itu.Â
Menurutnya dari sekian sisi menarik tulisan-tulisan para jurnalis media tersebut, satu yang dapat diamati adalah penyajiannya dalam bentuk feature. Menjadi semakin terlihat berbeda karena tidak semua jurnalis mahir menulis feature.
Nah, kalau jurnalis saja yang memiliki tanggung jawab profesional untuk menyajikan informasi tidak selalu dan tidak semuanya bisa melakukannya, lalu apa perlunya bloger menulis feature? Ada urusan apa sehingga bloger perlu mempertimbangan feature?
Ternyata hari ini kita dihadapkan pada pilihan-pilihan, pada masalah-masalah, yang bertolak pada fenomena banjir informasi. Situasi banjir itu menampilkan kecenderungan-kecenderungan yang "berisik" seperti orientasi click bait, dan pada saat yang sama kita berjumpa pada berbagai macam cara atau gaya menulis.
Dari kondisi "berisik" itu terpantul pula kenyataan yang mencolok yakni terjadinya penurunan kadar dan kualitas informasi. Barangkali muncul dalih-dalih bahwa orientasi itu disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi informasi.
***
Feature memungkinkan pembauran antara kebutuhan informatif "5W1H" dengan keluwesan membuat tulisan akan terasa relevan dibaca kapan saja tanpa berkurang kadar informasinya. Menulis feature bisa semakin mendekatkan penulis pada keberhasilan membuat pembaca larut dalam cerita.
Masalahnya, meramu feature tidak mudah dan seringkali proses untuk mampu meramunya tidak sebentar. Namun, bisa dimulai dengan mengidentifikasi kecenderungan menulis dan orientasi membaca yang dilakukan saat ini.Â