Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apa Perlu Bloger Menulis Feature?

17 Mei 2018   11:32 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:24 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Ang Tek Khun berbicara dalam kegiatan KJOG Download Ilmu di The Rich Hotel Yogyakarta pada Sabtu (12/5/2018) sore (dok. pri).

Peristiwanya berlangsung di sebuah ruangan kecil yang nyaman di The Rich Hotel Yogyakarta pada Sabtu (12/5/2018) sore. Seorang penulis, bloger, dan editor dengan pengalaman 20 tahun menangani kata-kata sedang bicara di hadapan belasan orang yang seringkali harus keluyuran agar bisa punya cerita.

Mula-mula ia merumuskan pentingnya kata-kata. Menurutnya kata-kata bukanlah makhluk tanpa makna. "Kata itu tidak netral. Punya kekuatan dan bagai kudai liar sehingga perlu ditaklukkan", tegas Ang Tek Khun, orang yang saya maksud di atas.

***

Dari soal kata kemudian ia mulai masuk ke penjelasan-penjelasan lainnya tentang tulisan feature. Beberapa kali ditampilkan olehnya contoh-contoh artikel di harian Kompas sambil menggaris bawahi sisi menarik artikel-artikel itu. 

Menurutnya dari sekian sisi menarik tulisan-tulisan para jurnalis media tersebut, satu yang dapat diamati adalah penyajiannya dalam bentuk feature. Menjadi semakin terlihat berbeda karena tidak semua jurnalis mahir menulis feature.

Suasana download ilmu dengan tema menulis feature (dok. pri).
Suasana download ilmu dengan tema menulis feature (dok. pri).

Nah, kalau jurnalis saja yang memiliki tanggung jawab profesional untuk menyajikan informasi tidak selalu dan tidak semuanya bisa melakukannya, lalu apa perlunya bloger menulis feature? Ada urusan apa sehingga bloger perlu mempertimbangan feature?

Ternyata hari ini kita dihadapkan pada pilihan-pilihan, pada masalah-masalah, yang bertolak pada fenomena banjir informasi. Situasi banjir itu menampilkan kecenderungan-kecenderungan yang "berisik" seperti orientasi click bait, dan pada saat yang sama kita berjumpa pada berbagai macam cara atau gaya menulis.

Dari kondisi "berisik" itu terpantul pula kenyataan yang mencolok yakni terjadinya penurunan kadar dan kualitas informasi. Barangkali muncul dalih-dalih bahwa orientasi itu disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi informasi.

***

Feature memungkinkan pembauran antara kebutuhan informatif "5W1H" dengan keluwesan membuat tulisan akan terasa relevan dibaca kapan saja tanpa berkurang kadar informasinya. Menulis feature bisa semakin mendekatkan penulis pada keberhasilan membuat pembaca larut dalam cerita.

Masalahnya, meramu feature tidak mudah dan seringkali proses untuk mampu meramunya tidak sebentar. Namun, bisa dimulai dengan mengidentifikasi kecenderungan menulis dan orientasi membaca yang dilakukan saat ini. 

Menulis feature berarti menghidupkan daya empatik dan itu bisa didapat dengan menyeimbangkan potensi fiksi dan non fiksi. "Jika selama ini seseorang cenderung menyukai fiksi, mulailah untuk sering juga membaca non-fiksi. Begitu juga sebaliknya", kata Ang Tek Khun. Dengan begitu maka terbuka cakrawala baru dalam menggali cerita dan merumuskannya dalam tulisan.

Menulis empatik (dok. pri).
Menulis empatik (dok. pri).
Berikutnya bergerak dari sekadar menyebutkan menjadi menerangkan dan memperlihatkan atau istilahnya "show don't tell". Mendeskripsikan karakter, sifat, suasana, atau situasi apapun diperlukan untuk mencipta feature. Daripada menyebut "cantik", cobalah menguraikan bagaimana pesona yang terpancar dari cantik yang dimaksud.

Menyajikan feature berarti menyediakan lubang bagi para pembaca untuk bisa mengintip sisi menarik dan kekuatan tulisan secara keseluruhan. Paragraf-paragraf pemikat di awal tulisan adalah lubangnya atau yang disebut lead.

Lubang-lubang itu bisa disajikan secara naratif, deskriptif, maupun kombinasi. Jika dirasa sulit, masih ada strategi lain yakni dengan menempatkan kutipan. Menurut Ang Tek Khun tidak masalah memakai quote yang populer sebagai lead asalkan sesuai.

Dimulai dari kekuatan kata (dok. pri).
Dimulai dari kekuatan kata (dok. pri).
Akan tetapi perlu diingat bahwa lead adalah pemikat yang ditempatkan di awal, maka isinya adalah unsur-unsur yang sangat penting dari keseluruhan cerita dan tulisan. Formula lead bisa didapatkan dengan menarik kesimpulan atau mengekstrak bagian tengah cerita. Kesan panca indera juga bisa dimanfaatkan sebagai unsur lead.

***

Kembali ke pertanyaan awal: "apa perlu bloger menulis feature?"

KJOG (dok. pri).
KJOG (dok. pri).
Memang bukan mutlak untuk bloger memikirkan masalah ini. Bloger juga tidak harus mengubah orientasinya. Tapi jelas bahwa di tengah banjir informasi yang "berisik" dengan rupa-rupa bentuknya saat ini, semakin terbuka pilihan, kesempatan, sekaligus tantangan bagi bloger untuk mengembangkan komunikasi lewat cara bercerita yang memungkinkan informasi bisa dinikmati lebih santai dan diterima dari hati ke hati tanpa mengorbankan kadar dan kualitas informasi. Itulah feature yang memiliki kekuatan empatik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun