Warung Nglathak juga menggratiskan harga bagi pengunjung yang datang untuk keperluan berbuka puasa Senin-Kamis. Mereka yang dalam sehari bisa mengaji Al Quran sebanyak dua juz juga bisa makan gratis di Warung Nglathak. Menurut cerita Mas To, sudah ada beberapa mahasiswa yang datang untuk berbuka puasa dan bersantap secara cuma-cuma.
Minuman andalannya adalah Teh Biru dan Yoghurt Moringa. Teh biru diracik dari Bunga Telang yang dikeringkan. Sedangkan Yoghurt Moringa dibuat dengan mencampur yoghurt susu sapi dengan serbuk daun kelor yang memiliki sensasi serupa rasa mactha.
Sore itu saya memilih Sate Klathak Original dan segelas Teh Biru. Karena pembakaran sate dilakukan di samping ruang makan, proses pembuatannya pun bisa dilihat. Daging yang digunakan berasal daging domba betina berusia lima tahun atau lebih. Pemilihan daging domba yang sudah tua dimaksudkan untuk menjaga populasi jenisnya. Jika terus domba atau kambing betina yang masih muda terus disembelih, populasi hewan tersebut akan semakin berkurang karena domba dan kambing betina yang mudah semestinya dibiarkan beranak lebih dulu.
Selagi dibakar, tusukan daging diputar beberapa kali agar matang secara merata. Tak ada bumbu yang ditambahkan selama dibakar. Saat disajikan pun tampilannya polos. Hanya warnanya yang berubah menjadi kecoklatan dengan sedikit jejak hitam akibat gosong.
Potongan dagingnya lumayan besar. Saat digigit teksturnya sangat empuk meski daging yang digunakan berasal domba yang sudah tua. Selain karena penggunaan jeruji besi yang meratakan panas hingga ke dalam daging, rupanya Mas To sudah memberi perlakuan khusus di dapur sebelum daging dibakar.
Seporsi sate klathak yang disantap dengan kuah gulai yang ringan, serta tambahan potongan cabe rawit, tomat dan kobis sungguh merupakan kenikmatan. Apalagi bagi saya yang sudah setahun lebih tidak menyantap daging kambing. Bukan karena pantangan tapi karena saya sedang berusaha mengutamakan sayur dan buah. Sebelumnya saya bahkan seorang penikmat sate kambing. Jadi bisa dibayangkan kenikmatan yang saya rasakan saat menyantap sate klathak ini seperti seseorang yang melepas rindu dengan sosok yang dinantikannya selama bertahun-tahun. Kenikmatannya semakin terasa saat potongan daging kambingnya disuap bersama-sama nasi yang ditanak dari beras organik yang didatangkan oleh Warung Nglathak dari petani di Magelang.Â
Teh Biru bisa dinikmati hangat atau ditambahkan es. Jika tanpa gula rasanya akan tawar. Warung Nglathak menyertakan potongan jeruk nipis sebagai pendamping Teh Biru. Saat perasan jeruk nipis ditambahkan ke dalam Teh Biru dan diaduk, warna biru seketika akan berubah menjadi ungu. Reaksi asam basa antara perasan jeruk nipis dengan komponen kimia warna Bunga Telang menjadi pemicunya. Meski demikian, Teh Biru yang sudah berubah warna tetap aman diminum. Kandungan antioksidannya juga bermanfaat bagi tubuh. Jejak masam jeruk nipis dan dinginnya es batu membuatnya semakin terasa menyegarkan.Â