Interior warung dibuat lebih berwarna, identik dengan anak muda, dan sangat berbeda dengan warung sate pada umumnya. Menu yang ditawarkan pun bertambah dan dimodifikasi. Selain sate klathak original, ada juga sate klathak manis dan sate klathak mozarella. Sementara minumannya ada yoghurt, es krim homemade, hingga teh bunga telang yang unik. Semua makanan dan minuman tersebut disajikan dengan tatanan yang menarik. “Sengaja dibuat instagramable. Jadi ramah untuk teman-teman yang hobi berfoto”, kata Mas To menjelaskan konsep kekinian Warung Nglathak.
Prinsip tersebut ia wujudkan dengan tetap membeli daging dari peternak kambing dan domba di daerah Bantul. Selain bisa mendukung peternak, dengan cara tersebut ia juga bisa mengontrol dan menentukan kualitas daging yang digunakannya untuk membuat sate klathak.
Mas To memilih daging yang berasal dari domba betina afkir, yaitu berusia di atas lima tahun. Kelestarian populasi menjadi alasannya. Domba yang berusia di atas lima tahun sudah tidak produktif melahirkan sehingga saat disembelih populasinya tak akan banyak terganggun. “Kalau yang betina muda disembeli terus, populasi domba dan kambing akan semakin berkurang”, terangnya. Soal kenikmatan ia menjamin sate klathak buatannya tetap empuk dan tidak berbau prengus meski berasal dari kambing tua.
Jaringan tema dan sesama alumni IPB yang memiliki produk olahan makanan dan minuman juga ia manfaatkan. Teh Biru Bunga Telang misalnya, bahan bunga kering ia dapatkan dari temannya di Kediri. “Teh Bunga Telang sebenarnya sudah ada sejak lama. Tapi kurang terkenal sehingga saya bantu mempromosikan dalam bentuk teh biru”, ujarnya sambil melanjutkan bahwa ia dan teman-temannya saling mendukung karena memiliki prinsip yang sama yakni memberdayakan masyarakat.
Mengajak Kebaikan
Di Warung Nglathak, pada tembok bagian dalam dan luar, dijumpai beberapa untaian kata, seperti kutipan, nasihat, dan ajakan. Salah satu yang menarik adalah penawaran sate klathak gratis bagi pengunjung yang berbuka puasa Senin-Kamis atau yang sudah mengaji sebanyak dua juz Al Quran. Menurutnya hal tersebut hanya sebagai bentuk dakwah untuk mengajak kebaikan. Sejauh ini sudah ada beberapa mahasiswa yang datang untuk berbuka puasa di Warung Nglathak. Saat datang mereka cukup mengatakan sudah berpuasa.
Warung Nglathak juga berusaha menerapkan bentuk kebaikan lainnya, yaitu go green secara sederhana. Untuk meminimalkan dampak pembakaran sate, arang yang digunakan adalah jenis briket yang terbuat dari daur ulang limbah tempurung kelapa. Sementara salah satu menu yang disajikan, yaitu ayam goreng, menggunakan daging ayam organik.