Oleh karena itu, kekerasan terhadap anak di Indonesia sesungguhnya adalah krisis yang hanya akan dapat ditangani jika semua unsur masyarakat turun tangan. Melindungi anak tidak cukup hanya dilakukan oleh negara atau penegak hukum. Pemerintah daerah dan masyarakat sebagai lingkungan terdekat juga harus ikut berperan aktif, terutama melalui upaya-upaya pencegahan dan memberikan hak-hak anak.
Selain itu mereka bisa bermain dengan burung merpati. Orang tua pun bisa mendampingi sekaligus mengawasi anak-anaknya bermain. Agar semakin aman para petugas keamanan dan Satpol PP selalu berada di sekitar alun-alun. Senyum dan tawa anak-anak pun menjadi pemandangan yang lumrah dijumpai di alun-alun Malang.Â
Memang apa yang diterapkan di alun-alun Malang terlihat biasa. Namun, kenyataannya  selama ini hal tersebut sering dilupakan dan jarang ditemukan di ruang publik lain yang sekadar menjadi tempat berkumpul tanpa memperhatikan hak serta kebutuhan anak. Padahal, salah satu pemicu kekerasan terhadap anak, baik yang dilakukan oleh orang dewasa maupun sesama anak adalah kurangnya ruang publik yang layak.
Anak-anak yang tidak mendapatkan ruang berekspresi cenderung melakukan pelampiasan dengan berbuat nakal sehingga timbul potensi melakukan kekerasan kepada teman sepermainan. Ruang publik yang nyaman juga bermanfaat bagi orang tua untuk mempererat hubungan dengan sang anak. Orang tua bisa memanfaatkannya sebagai tempat rekreasi untuk mengurai rasa penat sehingga memperkecil kemungkinan pelampiasan emosi kepada anak.Â
Alun-alun Malang adalah contoh nyata keberpihakan pemerintah daerah dan masyarakat kepada anak-anak. Tempat ini berusaha menciptakan kebahagiaan dalam diri anak dan orang tua yang merupakan salah satu kunci penting dalam pencegahan kekerasan terhadap anak.
Kondisi tersebut tidak menguntungkan bagi anak-anak karena mereka menjadi rentan ditelantarkan. Selain itu, anak-anak berpotensi mengalami kekerasan jika orang tua mereka tidak mampu mengelola tekanan hidup dan pekerjaan yang harus dihadapi setiap hari sehingga melampiaskannya kepada sang anak.
Oleh karena itu KAGEM berusaha mendampingi kegiatan belajar anak-anak di luar jam sekolah. Dengan sejumlah relawan mahasiswa, Bu Ayik menjadikan KAGEM sebagai teman belajar yang menyenangkan.  Kini ada sekitar 50 anak SD yang terdaftar di KAGEM. Mereka adalah siswa kelas 1-6 dari sejumlah sekolah di sekitar KAGEM.
Menciptakan kebahagiaan anak memang menjadi prinsip utama KAGEM. Oleh karena itu di KAGEM semua anak bisa belajar dengan cara masing-masing. Anak-anak juga bisa datang kapan saja untuk bermain. Namun, mereka tetap diajarkan untuk bersikap baik dan sopan. Dalam kebebasan anak-anak dibimbing untuk bergaul secara baik dan menghargai teman.
Lebih dari 4 tahun berdiri, keberadaan KAGEM semakin dirasakan manfaatnya. Prestasi anak-anak di sekolah membaik. Mereka tumbuh dengan sikap positif dan terjaga dari pergaulan yang salah serta tindakan kekerasan. Sekolah dan para orang tua pun kini menjadikan KAGEM sebagai mitra dalam memenuhi hak-hak anak.
***
Kebutuhan dan hak dasar anak adalah mendapatkan pengasuhan, perhatian, serta perlindungan.  Untuk memenuhinya bukan hanya menjadi tugas negara dan orang tua. Semua anggota masyarakat juga perlu berkontribusi.