Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Alam adalah Keniscayaan, Komunikasi yang Kreatif Jadi Keharusan

14 September 2016   13:22 Diperbarui: 14 September 2016   13:43 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kampung di Magelang yang hancur terkena dampak letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).

Sayangnya, budaya kesiapsiagaan bencana belum tumbuh dengan baik dalam masyarakat Indonesia. Padahal, hal itu mutlak diperlukan untuk meminimalkan korban dan kerusakan yang terjadi. Di sisi lain menurut UNISDR resiko jumlah penduduk yang mungkin kehilangan nyawa akibat bencana di Indonesia sangat tinggi.

Masyarakat di perbatasan Magelang dan Yogyakarta sedang diungsikan dengan menggunakan mobil polisi saat terjadi letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Masyarakat di perbatasan Magelang dan Yogyakarta sedang diungsikan dengan menggunakan mobil polisi saat terjadi letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Salah satu hal penting yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas siaga dan tangguh bencana adalah komunikasi kebencanaan.Potensi bencana dan kerentanannya yang besar harus diimbangi dengan penyebaran informasi yang luas, jelas, dan akurat. Program siaran radio bisa menjawab kebutuhan tersebut.

Hingga saat ini radio masih menjadi sarana komunikasi yang populer di Indonesia. Radio tetap bertahan meski banyak media informasi dan komunikasi yang lebih canggih, seperti televisi, internet dan media sosial. Menurut survey Nielsen tentang konsumsi media (2014), radio berada di urutan ketiga di bawah televisi dan internet. Bahkan, di luar Jawa radio hanya kalah oleh televisi dengan tingkat konsumsi 37%.

Bagi Indonesia yang wilayahnya luas dan tersebar, siaran radio cukup vital karena mampu menyebarkan informasi hingga ke pelosok desa secara cepat dengan biaya yang murah. Radio juga memiliki kedekatan dengan lapisan masyarakat tertentu. Karakter radio tersebut harus dimanfaatkan untuk kesadaran mengantisipasi dan menghadapi bencana.

Lebih Kreatif

Asmara di Tengah Bencana” adalah bentuk komunikasi kreatif yang memuat informasi kebencanaan dengan sentuhan budaya lokal. Pendekatan budaya, salah satunya dengan mengangkat cerita berlatar kerajaan di Jawa, diharapkan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Drama ini juga dibawakan dengan ekspresi suara yang menarik. Pengisi suaranya memiliki gaya bahasa, tekanan suara, dan cara pengucapan yang mampu menghidupkan cerita. Pengisi suara yang berkarakter sangat penting karena sandiwara radio membutuhkan penuturan yang komunikatif agar isinya mudah dimengerti. Karakter suara yang kuat mampu menciptakan ikatan emosional dengan pendengar sehingga mereka betah menyimak ceritanya. Selain itu, dapat memperkuat pesan yang disampaikan.

Jika dibedah, cerita “Asmara di Tengah Bencana” memuat tiga aspek kebutuhandalam komunikasi bencana, yaitu informatif, edukatif, dan menghibur. Drama radio ini memiliki fungsi informatif karena pendengarnya mendapatkan informasi seputar bencana alam yang dapat dipahami dengan mudah. Sementara fungsi edukatif bermakna bahwa cerita yang disampaikan menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam mengenal serta menghadapi bencana. “Asmara di Tengah Bencana” berfungsi sebagai media hiburan untuk mengisi waktu senggang, menghilangkan kebosanan, sekaligus mengobati kerinduan para penggemar drama radio.

Sebuah kampung di Magelang yang hancur terkena dampak letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Sebuah kampung di Magelang yang hancur terkena dampak letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Sisa reruntuhan rumah warga di sekitar tempat tingga Mbah Maridjan yang terkena dampak terdahsyat letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Sisa reruntuhan rumah warga di sekitar tempat tingga Mbah Maridjan yang terkena dampak terdahsyat letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Namun, efektivitas drama radio dalam meningkatkan kesadaran siaga bencana tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Komunikasi bencana yang efektif harus dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, drama radio  sebaiknya diputar secara berulang-ulang.

BNPB perlu bekerja sama dengan lebih banyak stasiun radio sehingga menjangkau lebih banyak masyarakat, terutama yang tinggal di dekat kawasan bencana. Stasiun radio dan BNPB perlu membuka ruang interaksi dengan masyarakat untuk menguatkan kesan setelah mendengar ceritanya. Melalui cara tersebut akan didapatkan masukan yang penting, misalnya hari dan jam siar yang tepat. Sosialisasi dan ajakan untuk mendengarkan “Asmara di Tengah Bencana” juga harus dilakukan secara masif, salah satunya melalui media sosial.

Morfologi puncak Gunung Merapi dilihat dari jarak 2,5 km sebelum puncak. Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia (dok. pri).
Morfologi puncak Gunung Merapi dilihat dari jarak 2,5 km sebelum puncak. Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia (dok. pri).
Untuk memaksimalkan efeknya, drama radio ini perlu diikuti upaya inovatif lainnya.  “Asmara di Tengah Bencana” harus dipandang sebagai awal dari proses edukasi yang akan terus berlanjut. Komunikasi yang kreatif bisa dimaksimalkan dengan menyajikan beberapa versi “Asmara di Tengah Bencana” yang disesuaikan dengan latar budaya setiap daerah. Melibatkan komunitas lokal untuk mengembangkan cerita bisa menjadi terobosan. Hal ini sekaligus untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan kapasitas menghadapi bencana. Meski membutuhkan lebih banyak waktu, biaya dan tenaga, akan tetapi membentuk sikap dan budaya tangguh bencana memang harus dilakukan secara bersama-sama dengan berbagai cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun