Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membongkar Dapur Tambang Newmont di Batu Hijau, Sumbawa Barat

2 Maret 2016   09:27 Diperbarui: 4 April 2017   16:47 4945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="Lubang tambang (mine pit) PT Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau, Sekongkang, Sumbawa Barat, NTB."][/caption]Tekad PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) untuk memberikan pengetahuan seputar aktivitas pertambangan dan pasca tambang kepada masyarakat telah dibuktikan melalui Newmont Bootcamp V yang berlangsung pada 14-22 Februari 2016. Puluhan peserta dari berbagai latar belakang terpilih untuk mengikuti berbagai aktivitas di area pertambangan dan di lingkungan lingkar tambang.

Newmont Bootcamp V mengajak peserta, termasuk jurnalis melihat dari dekat proses penambangan batuan, pengolahan konsentrat, hingga penempatan tailing atau limbah pertambangan. Selain itu peserta berkesempatan mengunjungi sejumlah fasilitas utama PTNNT, melihat kegiatan reklamasi serta CSR pemberdayaan masyarakat yang dirintis perusahaan tambang ini. Peserta Newmont Bootcamp juga dapat terlibat langsung dalam beberapa kegiatan yang dilakukan tim PTNNT.

Kunjungan ke dapur pertambangan menjadi kegiatan yang paling menarik. Secara terbuka PTNNT menunjukkan proses pertambangan yang mereka lakukan. Sejumlah data dan fakta diungkap untuk menjawab satu demi satu pertanyaan dan rasa ingin tahu peserta. Berikut ini uraian singkat kegiatan pertambangan yang dilakukan PTNNT di Batu Hijau.

[caption caption="Perkembangan tambang Batu Hijau."]

[/caption]PTNNT menandatangani kontrak karya dengan Pemerintah Indonesia pada 2 Desember 1986. Kontrak tersebut menjadi pijakan awal untuk melakukan eksplorasi dan penambangan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada 1990 PTNNT menemukan cebakan tembaga porfiri dengan batuan berwarna hijau di kecamatan Sekongkang, barat daya pulau Sumbawa. Oleh karena itu lokasi penambangan PTNNT selanjutnya dikenal dengan Batu Hijau.

Penemuan di Batu Hijau dilanjutkan dengan melakukan kajian teknis serta analisis mengenai dampak lingkungan dan sosial. Proses ini berlangsung selama 6 tahun sampai akhirnya disetujui pemerintah pada 1996. Pembangunan proyek pertambangan Batu Hijau mulai dilakukan pada 1997 dan beroperasi penuh pada Maret 2000. Saat ini saham PTNNT dimiliki oleh Nusa Tenggara Partnership BV (56%), PT Multi Daerah Bersaing (24%), PT Pakuafu Indah (17,8%), dan PT Indonesia Masbaga Investama (2,2%).

[caption caption="Haul truck yang mampu mengangkut 240 ton batuan tambang."]

[/caption]

[caption caption="Peralatan tambang yang digunakan PTNNT."]

[/caption]Penambangan diawali dengan pembersihan lahan dan pengelupasan tanah penutup (top soil). Setelah dikupas, top soil ditampung untuk digunakan kembali pada kegiatan reklamasi. Pada pembersihan lahan juga dilakukan inventarisasi jenis tumbuhan sebagai pedoman untuk melakukan reklamasi dan penanaman kembali pasca kegiatan tambang.

[caption caption="Tambang Batu Hijau PT Newmont Nusa Tenggara."]

[/caption]Proses dilanjutkan dengan pengeboran dan peledakan. Batuan yang tersingkap dianalisis untuk mengumpulkan beberapa informasi seperti kadar logam, jenis dan karakteristik batuan. Batuan mengandung bijih tembaga yang didapatkan dikelompokkan menjadi 3 yaitu batuan kadar tinggi, sedang dan rendah. Batuan yang diolah di Batu Hijau umumnya memiliki kadar 0,5 % yang berarti terdapat 5 kg tembaga dalam 1 ton batuan. Batuan tersebut ditambang dari mine pit berupa cekungan raksasa berdiameter 2,7 km dengan kedalaman sekitar 700 meter.

Batuan-batuan tambang yang masih berukuran besar diangkat menggunakan shovel dan dipindahkan ke haul truck berkapasitas angkut 240 ton. Dengan haul truck batuan dibawa ke mesin crusher untuk dipecah sampai berukuran 75 mm. Batuan kadar tinggi segera diangkut ke pabrik pengolahan atau konsentrator menggunakan ban berjalan (conveyor) sepanjang 6 km. Sedangkan batuan kadar sedang dan rendah ditampung di stock pile untuk diolah di waktu mendatang.

[caption caption="Pabrik pengolahan/konsentrator PTNNT."]

[/caption]

[caption caption="Peserta Newmont bootcamp mengunjungi pabrik pengolahan PTNNT pada 16 Februari 2016."]

[/caption]

[caption caption="Mesin penggerus di pabrik pengolahan PTNNT. "]

[/caption]

[caption caption="Reagen flotasi yang digunakan PTNNT."]

[/caption]Di konsentrator batuan yang telah dicampur dengan air laut dihancurkan dengan 2 jenis mesin penggerus yaitu Semi Autogenous Mill (SAG Mill) dan Ball Mill hingga ukuran 250 mikron. Hasil penggerusan yang keluar dari ball mill berupa bubur bijih tembaga yang kemudian dipompa menuju tangki siklon. Bubur bijih tembaga selanjutnya dialirkan ke sel-sel flotasi untuk diambil mineral berharganya.

Proses flotasi berlangsung secara fisika dengan penambahan beberapa reagen yang berfungsi mengikat mineral berharga dan menstabilkan gelembung yang terbentuk dari pengadukan. Ketika gelembung udara naik, mineral berharga ikut terangkat ke permukaan. Mineral berharga berada dalam wujud seperti lumpur pasir dan disebut konsentrat. Sementara sisanya dengan kandungan mineral yang sangat rendah disebut tailing. Setiap hari konsentrator PTNNT mampu mengolah 140.000 ton batuan tambang dan menghasilkan 2000-4000 ton konsentrat.

[caption caption="Fasilitas flotasi di konsentrator PTNNT."]

[/caption]

[caption caption="Pengentalan konsentrat dengan mengganti air laut menggunakan air tawar."]

[/caption]Dari sel flotasi, konsentrat dialirkan ke tangki CCD (counter-current decantation). Di dalam tangki CCD kadar garam konsentrat diturunkan dengan membuang air laut. Pada saat yang sama konsentrat dikentalkan dengan mengalirkan air tawar secara berlawanan arah sebagai pengganti air laut. Konsentrat kemudian dikirim ke fasilitas filtrasi atau penyaringan di Benete. Di tempat ini konsentrat cair ditampung dalam tangki besar dan terus diaduk agar tidak mengendap. Konsentrat disaring untuk menurunkan kadar air menjadi 9-11%. Fasilitas penyaringan PTNNT mampu menyaring 9 ton konsentrat setiap 6 menit. Wujud konsentrat setelah disaring menyerupai bubuk atau pasir halus dengan kadar tembaga rata-rata 25%. Jika kualitasnya sangat bagus kadarnya bisa mencapai 30%. Dalam setiap 1 ton konsentrat juga terdapat 10 gram emas.

Setelah melalui proses penyaringan, konsentrat disimpan dalam gudang berkapasitas 80.000 ton untuk menunggu pengapalan. Setiap tahun sebanyak 20-23% total produksi konsentrat tembaga PTNNT dikirim ke pabrik peleburan (smelter) di Gresik, Jawa Timur. Sisanya dikirim ke smelter yang berada di luar negeri, seperti Jepang, Korea, dan India.

[caption caption="Konsentrat tembaga yang telah dikentalkan (dok. pribadi)"]

[/caption]

[caption caption="Ban berjalan yang menghantarkan konsentrat dari fasilitas filtrasi ke gudang penyimpanan."]

[/caption]

[caption caption="Peserta Newmont Bootcamp V mengunjungi gudang konsentrator sebelum dikapalkan (dok. Budi/PTNNT)."]

[/caption]Selama berproduksi, PTNNT telah memberikan kontribusi lebih dari US$ 8,4 miliar bagi perekonomian lokal dan nasional. Sebanyak 69% pengeluaran PTNNT juga dilakukan di Indonesia. Sampai triwulan ke-2 2013 sebanyak US$3,1 milyar telah dibayarkan PTNNT untuk pajak & non-pajak ke pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, termasuk royalti. Lebih dari 5000 kontraktor lokal dan ratusan pemasok lokal juga terlibat dalam operasional PTNNT. Selain itu, PTNNT mampu menyerap ribuan karyawan yang 66,8% di antaranya berasal dari NTB, termasuk masyarakat lingkar tambang.

Tulisan sebelumnya:

Tentang Tailing Newmont Nusa Tenggara yang "Dibuang" ke Laut

Mereka yang Berdaya di Luar Tambang

Cerita dari Lingkar Tambang: Mimpi-mimpi Anak Sekongkang

Mengapung Bersama "Tenggara Explorer" di Teluk Senunu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun