Tak ada harapan lain bagi mereka kecuali berusaha mendapatkan bagian dari Gunungan. Mereka bahkan rela berjam-jam terpanggang matahari karena harus menunggu Gunungan memasuki halaman Masjid hingga pukul 10.45. Namun hanya sepersekian detik setelah didoakan 4 buah Gunungan langsung diserbu ribuan warga. Meski berdesak-desakkan mereka sangat bersemangat meraih apapun bagian dari Gunungan tersebut. Hasilnyatak sampai 30 menit semua ludes diserbu ribuan manusia.
Resiko jatuh, terinjak-injak, tersambar bilah bambu Gunungan bahkan kecopetan selama seolah tak dihiraukan asalkan bisa memperoleh ubarampe gunungan. Mereka yang berhasil mendapatkan bagian dari Gunungan biasanya langsung bergegas keluar dari kerumunan. Namun ada juga yang terus berebut mengambil banyak bagian untuk dilemparkan ke orang-orang di belakangnya.
Antusiasme yang tak pernah luntur dari ribuan warga untuk berebut Gunungan tak lepas dari makna sejarah Grebeg Maulud. Selain sebagai bagian dari prosesi peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Gunungan juga menjadi simbol welas asih dan persembahan Raja kepada rakyatnya. Banyak warga pun percaya bahwa Gunungan dan semua uborampe yang menyusunnya akan memberikan berkah tertentu bagi mereka. Ada yang mengincar bagian tertentu seperti sayuran dan cabai merah. Tapi mereka yang hanya mendapatkan bilah bambunya pun tetap merasa bahagia. Bagi yang berprofesi sebagai petani bambu itu diyakini akan menjaga tanaman mereka sehingga secara tidak langsung akan mendatangkan berkah pada panen nanti. Demikian halnya dengan beberapa uborampe lainnya bagi sejumlah orang diyakini memperlancar urusan mereka seperti dagangan yang laris hingga cepat menemukan jodoh. Silakan percaya atau tidak. Kepercayaan akan berkah yang dibawa dari setiap uborampe karena Gunungan tersebut dibuat dengan iringan doa dan kembali didoakan oleh ulama sebelum diperebutkan. Tidak mengherankan mereka yang berharap berkah dari Gunungan rela menunggu dalam waktu lama untuk ikut memperebutkannya.
Grebeg Maulud dan Gunungan adalah bagian dari budaya luhur tanah Mataram yang sangat dijaga oleh Kraton dan rakyatnya. Meski ada suara dan anggapan miring mengenai simbol-simbol yang digunakan selama prosesi berlangsung, Grebeg Maulud selalu dinantikan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya setiap tahunnya. Grebeg Maulud dengan Gunungannya bukan semata-mata simbol tapi wujud amalan religi dan budaya serta bersatunya rakyat dengan pemimpin dan tanahnya.