Mohon tunggu...
wardatun nikmah
wardatun nikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nothing impossible -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hilang dalam Dingin Malam

27 Desember 2024   15:38 Diperbarui: 27 Desember 2024   19:15 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap anak pasti ingin memiliki keluarga yang lengkap ada sosok seorang ayah dan ibu yang selalu hadir bersama, tetapi  tidak demikian yang di alami oleh Rida.

Namaku Faridah Alexia, biasa dipanggil Rida. Saat ini usiaku menginjak 20 tahun. Aku memiliki 2 orang adek dan 1 kakak. Disini aku akan menceritakan sebagian dari keluh kesah hidupku beberapa tahun lalu, yang terlahir dari keluarga Cemara. Sebelumnya aku ingin bertanya apakah anak seperti ku tidak pernah bisa menjadi sempurna Dimata orang? Apakah aku harus menanggung semua ini sendirian??

*

Betapa indahnya memiliki keluarga yang rukun. Sayangnya kisah hidup ku berbeda. Sejak aku kecil orang tuaku selalu bertengkar, mulai dari mempermasalahkan hal kecil sampai hal besar. Aku dan adik adikku selalu  dituntut untuk belajar hingga larut malam, tidak hanya belajar dihari sekolah tetapi hari libur juga. Kami juga menjadi saksi bisu pertengkaran mereka..namun, hatiku selalu takut menyaksikan hal tersebut. Seiring berjalannya waktu, pertengkaran adalah hal yang sudah biasa terjadi dimata kami.

***

Tahun demi tahun berjalan, hingga aku menginjak remaja, ibuku mengusir kami dari rumah. Ibu mengusir kami bukan karena tidak suka, tapi karena sakit psikologis nya. Akhirnya kami menyewa rumah kontrakan di kota. 

Dan ayah menikah lagi dengan seorang janda muda beranak dua. Dan aku hidup dikontrakkan bersama mereka.

Hingga suatu hari di bulan puasa ayahku jatuh dari atap rumah ketika memperbaiki genteng yang mengakibatkan kakinya lebam dan susah digunakan untuk berjalan. Namun, sifat sang ayah yang keras kepala dan kukuh untuk sembuh.. hampir setiap hari ia pergi ke tukang pijat untuk diurut. Dan kamu tau, apa yang membuat nya bersikeras untuk segera sembuh?? Karena ia harus menafkahi keluarga kecilnya serta untuk membayar hutang hutang nya..

Aku tak kuasa melihat nya ketika ia bersikeras untuk berjalan meskipun kakinya sangat sakit

**

tiba suatu hari dimana ayahku meluangkan seluruh waktunya untuukku..

Di sabtu pagi yang cerah, terdengar suara “PAKEEETTT..” Ucap sang ayah dari depan pagar. Mendengar suara itu pun, aku tersenyum dan bergumam sambil menghampirinya “pasti kebiasaan ayah..” 

“ayok mbak beli kebutuhan buat berangkat kuliah di malang, kurang apa aja? Ayo beli sekarang” ujar sang ayah

“iya, ayok..sekalian muter-muter sawah yaa..” jawabku

“nggeh” balasnya

Seusai kita membeli kebutuhan dan muter-muter kita..berhenti sejenak digerombolan ibu-ibu yang sedang memotong tumpeng agustusan..

“ayook ibu-ibu foto yang terakhir..” ucapnya sambal mengangkat hp.

Hal itu sudah biasa dilakukan ayah, bergurau dengan ibu-ibu disitu.

“ayoo-ayoo” balas ibu-ibu 

“hmm, malu akuuu punya ayah yang suka foto..” ucapku dalam hati

Setelah foto kami pulang ke rumah kontrakan..

“mbak, gak mau ikut ayah ke pasar?” tanya sang ayah

“nggak mau” jawabku

“yaudah cium bapak sek, yang terakhir..” ucapnya

“hmm..” balasku

Cup..ayah pun mencium keningku, dan kedua pipiku..

“yaudah..ayah balik dulu, assalamualaikum..” ucapnya

“waalaikumussalam” balasku sambil menutup pintu pagar

Akupun kembali kedalam kamar, menyiapkan barang-barang yang harus dibawa kuliah di Malang. Setelah selesai, aku Kembali scroll tiktok sampai ketiduran..

Sore harinya, aku menyiapkan sepanci air panas untuk rendaman kaki ayah ketika pulang dari pasar.

“nanti, aku pengen ah.. jalan-jalan sama ayah..” gumamku dalam hati.

Tapi, kenyataannya ayah meluangkan waktu jalan-jalan Bersama ibu hingga waktu maghrib.

Aku kesal melihatnya, karena bukan aku yang diajak..

Malamnya, ayah mengajakku pergi ke warung beli makan..aku beli gorengan sedangkan ayah makan nasi lodeh lauk telor. Setelah dari warung kami pun balik ke rumah kontrakan, dan langsung pergi tidur.

Jam 11 malam ayah menawari ibu makan, karena belum makan sore..

“dek, tak belikan nasi ya..?” tanya sang ayah

“iya, bi” jawab sang ibu

Setelah ayah membeli makan, ibu memakan nasi tersebut..

sebelum suapan terakhir timbul percakapan diantara mereka

“dek kok dimaem dewe..aku gak dikasih..? tanya sang ayah

“lha sampean udah maem..” jawab sang ibu

“gak popo..seng terakhir” balas sang ayah..

“nggeh” ibupun memberi suapan terakhir itu pada ayah..

Setelah makan..mereka berdua bersantai diruang tamu.. sambal tiduran

“dek, abi capek..nek semisal abi gak kuat, abi titip anak-anak yaa..” ucap ayah

“maksude opo bi, gausah ngomong aneh-aneh” balas ibu

“yowes dek, ndang bubuk nak kamar” pinta ayah

“nggeh” balas ibu

Tengah malamnya.. jantung ayah kumat..badannya lemas dan mulai berkeringat dingin..

Ayah pun membangunkan ibu..

“dek, abi kudu BAB..anterin dek..”

“iya bi..” jawab ibu sambil menguap..karena rasa kantuk

“dek gausah ditunggu, tinggal aja..”

Ibupun menurut, dan menunggu di ruang tamu

Beberapa menit setelah masuk kamar mandi ..

“GUBRAAAAAK” terdengar suara dari dalam kamar mandi

Ibupun bergegas menghampiri ..dan membuka pintu kamar mandi

“ABIII..ABIII” teriak ibu

“MBAAAK..ABI MBAKKK..” teriak ibu sambil menangis

Aku yang sedang tidur pun kaget mendengar suara itu dan bergegas menghampiri ibu dan melihat yang sedang terjadi..

“mbak..bantu mbak.. ibuk tak ngabari tetangga” pinta ibu dengan terburu-buru 

Akupun masuk kamar mandi dan memegang badan ayah

“AYAAAH…YAHHH..” ucapku sambil menangis

“ALLAH..ALLAH…ALLAH” BISIKKU DITELINGA AYAHH

“ALLAH….nggeh ALLAH” balas ayah sambil menghadap keatas

Setelah itu tidak ada respon lagi..aku pun menangis sesenggukan dan berteriak “AAYAAAAHHHHHHH, IBUUUUUK AYAAAH BUUUK..”

Setelah itu tetangga ramai membantu.. mengangkat dan membawa ayah ke Rumah Sakit Umum di tengah heningnya malam itu.

Sesampainya di rumah sakit umum ayah segera ditangani, dan langsung dicek..ternyata ayah sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Aku yang mendengar itu lemas..dan menangis tak henti-henti..

Ibu pun menangis, dan langsung drop badannya..

**

Dari situ aku mulai berfikir apa arti kata "terakhir" yang diucapkan oleh ayah waktu itu.. 

"ternyata ini maksud ayah.."gumamku sambil tersenyum getir.

Terimakasih ayah..sudah menjadi superhero ku, maaf belum bisa membanggakanmu ❤️

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun