Saya membayangkan betapa mungkin Rasulullah teriris dan menangis. Di dekat makamnya terjadi peristiwa yang sungguh ironis, tindakan tidak mewakili sebutir beras pun ajarannya menebar kebajikan dengan damai di muka bumi. Atau mungkin Rasulullah berkata jangan takut, mereka hanya tidak mengerti. Entahlah Rasul, apa yang Rasul lakukan menyikapi ini. Kalau saya, menangis atas apa yang terjadi di dekat Masjid Nabawi jelang Idul Fitri. Sulit sekali mengatakan setidaknya dalam hati saja, bahwa mereka hanya tidak mengerti. Sulit karena yang mereka lakukan sudah sangat melampaui batas. Semoga hidayah segera mengisi hati mereka. Semoga lunak hati mereka sehingga tidak lagi menyebar benci.
Saat banyak orang muslim mendambakan datang ke Raudhah, sholat di Masjid Nabawi, “bertemu” rasulullah dan keluarganya di sana, beribadah dan memanjatkan doa, melepas kerinduan atas nabi, berbagi dan menebar kasih, orang-orang yang tidak mengerti ini sungguh menyianyiakan indahnya semangat berbagi Rasulullah yang konon katanya begitu terasa di Raudhah.
Sungguh sia-sia apa yang dilakukan para pembenci, yang membunuh dirinya sendiri, di kawasan Masjid Nabawi.
Saya jadi semakin rindu, ingin datang ke Raudhah, "bertemu" Nabi, "mengunjungi" kerabatnya, istrinya yang luar biasa, berdoa di Masjid Nabawi, semoga seluruh umat muslim di dunia menemukan cinta Rasul dan menerapkannya dalam hidup, untuk menjaga bumi titipan, untuk menjaga relasi yang menenangkan, penuh cinta, apa pun agamanya, seperti yang sudah dicontohkan ribuan tahun silam oleh Nabi Muhammad SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H