Mohon tunggu...
wara katumba
wara katumba Mohon Tunggu... pengusaha -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suap Reklamasi, M Sanusi Korban “Kerakusan” M Taufik

7 September 2016   10:51 Diperbarui: 7 September 2016   10:57 2913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : cnnindonesia.com - edited by wara katumba

Anda (M.Tufik CS) hidup tidak perlu kerja selama 10 tahun cukup dibiaya pengembang proyek reklamasi Rp 49,8 miliar per tahun dari 5% tersebut. Angka yang sangat fantastis. Angka yang bikin M.Taufik ngiler dan wajar kenapa beberapa kali DPRD mau paripurna selalu gagal gara-gara kengototan Ahok soal angka 15% tersebut.

Upaya besar melalui jalur birokrasi, M.Taufik merancang skenario untuk menjatuhkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melalui kontribusi tambahan proyek reklamasi yang bernilai 15% diubah menjadi 5%. Sang kakak (Taufik) dengan akal bulus berupaya mengubah nilai 5% melalui anak buah Ahok, terungkap dipersidangan Ahok membeberkan bahwa M.Taufik mencoba mempengaruhi anak buah Ahok seperti Tuti Kusumawati selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta.

Tuti yang dipercayai Ahok untuk menangani draf kontribusi tambahan selalu diingatkan setiap waktu, bahkan diancam pemecatan agar jangan sampai terjadi perubahan angka 15% tersebut oleh pihak lain.

Apa yang terjadi ? M.Taufik dihadapan Tuti dengan berani mengatakan draf angka 5% telah disetujui Ahok yang sempat membuat kaget Tuti karena dia selalu diingatkan Ahok. Untuk mengecek kebenarannya Tuti mengkonfirmasi kepada Ahok dari pernyataan M.Taufik. ternyata benar, M.Taufik telah berbohong “Ahok setuju 5%”, dan akhirnya draf tersebut ditandai dengan tulisan “Gila”. (sumber: kompas.com)

Sementara, Disisi lain melalui adiknya M.Sanusi melancarkan strategi mengiming-imingi 5% kepada pengembang terutama Podomoro Land yang menggarap proyek reklamasi, sang adik (Sanusi) berupaya meyakinkan ke pengembang bahwa DPRD DKI Jakarta akan ketuk palu dengan nilai 5%, maka sebagai tanda jasa secara tidak langsung wajib hukumnya pengembang tersebut membalas dengan tips balas jasa “Uang Lelah”.

Apa yang terjadi ? Semestinya raperda reklamasi dengan angka 5% itu harus diketuk palu dulu oleh DPRD, baru kemudian pengembang mengalirkan uang lelah, tetapi kenyataannya sudah mengalir duluan uang lelah sebanyak dua kali dengan nominal 2 miliar.

Palu DPRD belum diketok-ketok karena tarik ulur antara angka 5% dan 15%, 2 miliar sudah mengalir duluan. 2 miliar adalah angka pemanasan saja, tentu angka yang sangat kecil sekali bagi pengembang karena proyek reklamasi bernilai puluhan triliun, namun bagi anggota DPRD seperti M.Taufik angka tersebut lumayan besar buat beli lobster.

Aliran pertama mulus seperti jalan tol bebas hambatan, kemudian aliran kedua melalui jalan alternative justru terjadi kemacetan dan berakhir dengan OTT M.Sanusi.

Apakah Taufik tahu aliran dana tersebut ? jawabannya sudah pasti tahu, karena M.Taufik yang merancang skenario tersebut sebagai ketua Baleg yang sudah berangan-angan hidupnya akan dibiayai oleh pengembang tersebut. Walau tidak dapat mentahnya minimal dapat matangnya seperti jatah aset di pulau reklamasi.

Soal kekayaan, M.Sanusi lebih sukses dibandingkan kakaknya (M.Taufik). sebagai pengusaha harta kekayaan melimpah mencapai…(sumber:viva.co.id)

Jadi, keinginan M.Sanusi untuk korupsi sangat kecil sekali, apalagi selama ini dia selalu bicara soal anti korupsi dan etika (sopan-santun). Namun karena dipengaruhi M.Taufik sebagai kakak tercinta, akhirnya M.Sanusi harus ikut terkontaminasi prilaku sang kakak yang memiliki sifat koruptif “penyakit bawaan” sejak terlibat kasus korupsi saat menjabat Ketua KPU DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun