Memasuki usia setahun, kami mulai mengenalkan anak pada gambar-gambar. Kami diberi flash card oleh seorang kakak rohani. Gambar ini berisi nama-nama hewan, sayuran, kendaraan dan bermacam barang.
Setelah beberapa saat, anak kami sudah hafal isinya. Tantangan: aku tutup sebagian gambar, dan memintanya menebak. Hasil: dia tahun hampir semua nama pada gambar itu. Keren sih!
Adik ipar kami memberi hadiah berupa buku cerita Alkitab. (Harganya lumayan) Mulanya kami bacakan per judul, lalu dilanjutkan ke bab-bab berikutnya. Tak lama, anak sudah hafal dan meminta dibacakan judul favoritnya. "Ini kuda, ini prajurit, ini Tuhan Yesus disalib" ujar anak menirukan aku dan istri.
Semenjak saat itu, kami berkomitmen membelikan anak buku bacaan sebagai investasi. Istri diajak bergabung dalam grup WA buku murah anak. Ia pun jadi rajin belanja buku buat anak.
Tak cukup membelikan, harus ditemani dan dibacakan
Di sinilah satu tugas lain yang berat dan mulia orang tua. Tak cukup membelikan lalu selesai. Tapi anak harus ditemani dan dibacakan. Kalau anak-anak sudah tenggelam dalam cerita, ia akan minta dibacakan berulang-ulang, tak soal jika ceritanya sama.
Di sini orang tuanya yang diuji. Harus sabar, tahan, dan tabah. Kitab ulangan bahkan menyebut, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. (Ulangan 6:7 (TB))
Mengajarkan berulang-ulang, itu kuncinya. Jadi, buang jauh-jauh rasa bosan itu ya Ayah Bunda! Ketekunanmu akan memberi hasil kok.
Suatu hari, saat istri sedang memasak, anak tetiba nyerocos sendiri melafalkan ulang isi buku yang pernah kami bacakan. Bahkan, saat bermain atau menjelang tidur, ia bisa melakukan monolog isi buku. Keren.
Terompet Bob