Mendalami ilmu agama, tapi kok pesantren libur?
Ini yang menggelitik. Kalau mau mendalami ilmu agama, harusnya porsinya ditingkatkan, bukan malah diliburkan. Jika diliburkan, darimana, siapa yang mau mendampingi murid mendalami agama?
Sekolah setengah hari menjadi alternatif
Meski Menag beralibi, libur sebulan bisa memberi kesempatan pada murid untuk lebih mendalami ilmu agama dengan lebih khusuk, hal ini tidak otomatis terwujud dalam diri murid. Godaan game online dan konten di media sosial lebih kuat dibandingkan niat untuk beribadah.
Apa yang dilakukan anak sepulang sekolah? Bermain dengan teman, atau bermain game. Masa mau belajar terus? Jika libur selama sebulan, maka anak berpeluang mendapat akses tak terbatas untuk terjerumus dalam konten-konten negatif dari media sosial. Lagi pula, apa pekerjaan gurunya jika muridnya libur sebulan penuh?
Sekolah setengah hari menjadi alternatif. Di sekolahku sudah biasa menerapkan hal ini. Intinya, anak-anak tetap mendapatkan materi pembelajaran, bisa bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah, dan tetap ada disiplin untuk bangun pagi.
Sepulang sekolah, anak-anak punya cukup waktu untuk beristirahat dan menyiapkan diri untuk ibadah tarawih maupun menghafal Al-Quran. Anak-anak yang non-muslim juga bisa melakukan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing tanpa kehilangan haknya mendapatkan pembelajaran di sekolah. Semoga pemerintah mengkaji secara mendalam sebelum memutuskan. –KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H