Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Era Digital, Bagaimana Strategi Mengajar Calistung?

15 September 2024   12:27 Diperbarui: 15 September 2024   12:31 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Calistung dengan flash card | dokumentasi pribadi 

Calistung (baca tulis hitung) menjadi program wajib bagi anak-anak dalam transisi TK ke SD.

Di sekolahku pun, sebulan pertama pembelajarannya Calistung. Sebab, selama di TK kegiatannya banyak bermain, tidak boleh menulis. Tapi begitu masuk SD harus bisa menulis. Waduh..

Namun, gap lintas jenjang semacam ini justru memberi peluang bagi guru. Ada kesempatan di balik hambatan. Memberikan les Calistung, misalnya.

Aku berkesempatan ngelesi sejak masih mahasiswa. Baik grup, maupun privat. Sejak saat itu hingga bekerja, aku ngelesi untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia jenjang SMP atau SMA. Di sekolah, aku juga diberi jam mengajar untuk kelas besar (kelas 5 atau 6).

Suatu hari, kakak alumni merekomendasikanku untuk memberi les pada anak kelas 1 SD, pelajaran Calistung.

Emang bisa?

Aku teringat masa PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Presentasi di kelas, di depan dosen dan teman-teman mahasiswa pun lidah kaku bak kanebo kering. Tak lebih terang dari suara kumur-kumur. 

Aku bersama tiga orang teman PPL di sebuah SMP. Dengan bimbingan guru pamong, beberapa kali observasi saat guru mengajar, kami pun "dipaksa" mengajar. Calon guru masa takut ngajar?

Mau mengajar Calistung untuk kelas 1 itu mirip dengan saat pertama kali mau mengajar di depan murid-murid SMP. Semua hal yang pertama kali selalu memiliki kesan khusus.

Bedanya, karena sudah bertahun-tahun mengajar, jadi sudah ada bekal. Tinggal menyesuaikan, dan harus terus belajarBerikut ini strategiku mengajar Calistung.

1) Memakai media ajar

Bak sales yang menawarkan dagangan, harus membawa dagangan. Profesi guru menghasilkan produk jasa mengajar salah satunya.

"Sampel"-nya guru buku paket, gambar, atau video untuk kelas besar, dan media ajar yang menarik bagi kelas kecil. Aku hendak mengajar Calistung, maka aku harus punya media untuk menulis dan membaca.

Menulis kata yang dibentuk dari flash card | dokumentasi pribadi 
Menulis kata yang dibentuk dari flash card | dokumentasi pribadi 

Aku mendapat ide membuat potongan suku kata (semacam flash card) yang didesain memakai Canva dengan latar berwarna-warni. Aku pilih suku kata sedemikian hingga supaya mudah dipakai murid.

Aku taruh potongan kata di meja. Muridku aku dorong mengambil sepotong, lalu memilih potongan lainnya agar membentuk satu kata benda/ nama sesuatu.

Bisa? Syukurnya, muridku antusias dengan flash card itu. Pertemuan berikut, aku tambah potongan katanya, menantang.

2) Biarkan anak mengalami

Di awal pertemuan les, aku masih memakai metode klasik. Aku menulis di kertas (pengganti papan tulis), meminta murid membaca, lalu menulis di bukunya.

Apa bedanya aku dengan guruku di era papan hitam?

Dengan flash card potongan kata, aku biarkan muridku mengalami pembelajaran itu. Ia melihat, menyentuh, mencerna informasi, mengolah sedemikian rupa dalam otaknya lalu jari-jarinya diperintahkan untuk menyatukan potongan kata yang tepat.

Dalam berhitung (penjumlahan dan pengurangan), aku membawakan stik kayu. Misal 9+5=...?

Berhitung memakai stik es krim | dokumentasi pribadi 
Berhitung memakai stik es krim | dokumentasi pribadi 

Anak mengambil 9 stik, ditaruh di satu sisi meja. Lalu mengambil 5 stik lagi, ditaruh di sisi kanan. Untuk menjawab soal, murid tinggal melanjutkan hitungan 9 stik, sampai semua stik di sisi kanan habis. "Empat belas!" serunya tanda keberhasilan.

3) Berikan teladan, lalu tantangan

Alih-alih perkataan, teladan terbaik bagi anak adalah tindakan kita. Children see, children do. Begitu juga dalam konteks belajar Calistung.

Mulanya aku menulis di bukuku, lalu meminta anak menyalin di bukunya. Lalu aku terapkan metode mengalami tadi.

Potongan kata dalam latar berwarna menjadi hal menarik bagi tipe anak pembelajar visual. Jika anak sudah tertarik biasanya mood-nya bagus, siap untuk belajar.

Tanpa aku beri contoh, anak mengambil satu potong, lalu dengan sedikit dorongan ia mengambil potongan lain membentuk sebuah kata. Satu kata, dua, sampai tidak ada kata yang bisa terbentuk dari perbendaharaan katanya.

***

Begitulah. Di era digital di saat semua anak lekat dengan gadget yang sering justru berbahaya, tetap bisa dipakai metode tradisional dalam kemasan sederhana namun menarik dalam belajar Calistung. Gurunya harus terus belajar. --KRAISWAN 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun