2) Jamu Dzakira
Setelah puas berbelanja oleh-oleh, kami lanjut ke Joglo Bagi Asa, sebuah warung makan joglo di tengah sawah. Mengulik dari deksripsi di IG/bagiasanusantara, Joglo Bagi Asa adalah perusahaan sosial pemberdayaan lanjut usia dan yang tengah kehilangan asa dengan mengajak warga berbagi asa. Keren, memberdayakan lansia di sekitar untuk tetap berkarya.
Dari salah satu pelayan, disebutkan pemiliknya adalah seorang Bapak yang bekerja di hotel. Wah, sudah ada modal pengalaman dan dana pastinya. Di joglo ini kami makan siang dengan menu ayam bakar, telur dadar, dan sayur tempe bumbu lodeh, masih dengan sambal. Minumnya es teh. Mantab!
Kegiatan dilanjutkan demo membuat jamu bersama Jamu Dzakira. Saat ibunya menjelaskan, ada saja bapak-ibu peserta yang menggoda, sehingga siang hari yang panas terasa lebih sejuk. Ibunya senyum-senyum sambil meracik jamu kunyit asam dan beras kencur.
Bahan mentah dihidangkan, sedang sari bahan-bahannya sudah disiapkan dari rumah. Sebab harus menunggu dingin, supaya lebih efisien bagi peserta. Ibu ini menitipkan ke warung-warung, harganya sangat terjangkau Rp5.000/botol. Rasanya enak, strong taste-nya, tapi--seperti karakter orang Jawa--manis banget!
Istriku juga produsen jamu rumahan. Tapi ia mengaku senang bisa belajar dari produsen lain. Ada bahan tertentu yang dicampurkan ibu ini, dan membuat sensasi rasanya lebih segar. Ini yang selama ini tidak disadari istriku. Belajarlah sampai ke negeri Cina.Â
3) Obelix Village
Destinasi terakhir kami adalah Obelix Village. Tahun lalu aku dan teman-teman kantor mengunjungi Obelix Hills, nampaknya pemiliknya sama. Dari tempat parkir, kami harus berjalan kaki sekitar 300 m di jalan setapak diantara sawah yang baru ditanami padi. Ada tiket masuk yang harus dibayar pengunjung, yang mana sudah diurus panitia.