Berikutnya adalah rapat-rapat persiapan hingga tengah malam. Kami pulang kerja, aku masih ada jadwal les, ada mertua juga datang dari kampung. Sering, lesku harus aku liburkan. Berkurang pemasukan.
H-2 kami bekerja bakti dan menyiapkan perlengkapan. H-1 logistik datang. Linmas dan beberapa anggota KPPS stand by di TPS untuk serah terima. Malamnya kami masih persiapan sampai larut malam. Esoknya, panitia harus tiba di TPS jam 06.00 waktu setempat, jam 07.00 mulai acara.
Hari H. Beberapa warga sudah menunggu di tempat tunggu. Acara dimulai dengan doa, lalu ketua KPPS mengambil sumpah janji anggota KPPS dan Linmas agar melaksanakan tugas sesuai nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
KPPS 1-7 di pos masing-masing. Warga menyerahkan surat undangan memilih dan menunjukkan KTP, ketua menandatangani kertas suara. Satu-persatu warga dipanggil sesuai urutan datang.
Hingga jam 10, TPS kami masih ramai. Akhirnya, pemungutan suara selesai jam 13.00 termasuk DPK (pemilih khusus) dan DPtB (pemilih tambahan). Berarti 6 jam pelaksanaan pemungutan suara. Istirahat satu jam, lanjut penghitungan dan rekapitulasi suara mulai jam 14.00 WIB.
Lama proses pemungutan suara, lebih lama lagi menghitung dan rekapitulasi. Harus tanda tangan ratusan kali. Syukurnya KPU menganggarkan untuk sewa printer yang ada scanner-nya. Sampai jam 5 dini hari, kerja hampir 24 jam nonstop. Wow! Syukurnya tidak ada selisih suara atau eror yang mengharuskan penghitungan ulang.
Parfum kami berubah menjadi aroma asam menyengat. Mulut menguap berkali-kali. Badan pegal semua. Syukurnya, kami tidak ada yang tumbang. Semuanya sehat. Di daerah lain, banyak anggota KPPS tumbang, tidak bisa menuntaskan tugas.
Perhitungan suara untuk Pilpres yang paling ramai dibanding Pileg. Siapa yang unggul di TPS Anda? Capres andalan, atau yang lain? Apa pun, kita berjuang dalam memberikan hak suara secara jujur dan sah.
Di luar siapa capres yang lebih unggul, berikut ini tiga mutiara yang aku dapat sebagai anggota KPPS.
1) Makin mengenal tetangga