Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menjadi Anggota KPPS, Usaha Mengisi Kemerdekaan

28 Februari 2024   17:40 Diperbarui: 1 Maret 2024   09:35 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengambilan sumpah anggota KPPS | dokumentasi pribadi 

Tidak selalu dengan bambu runcing atau senapan, pengorbanan mengisi kemerdekaan bisa dilakukan dengan mengorbankan perasaan, tenaga, waktu, hingga kenyamanan.

***

Pemilu 2024 menjadi pertarungan sengit antar-capres-cawapres maupun para caleg. Tidak hanya bagi para calon, aura persaingan juga dipancarkan oleh para pendukung dan tim sukses.

Di pusat sana, ada usaha babat alas dilakukan para pemegang kekuasaan. Hal ini lalu melahirkan kekecewaan masyarakat sehingga salah memilih, tidak memilih, atau bahkan merusak kertas suara saking kecewanya.

Ini eranya mengisi kemerdekaan, bukan lagi zaman penjajahan. Daripada menuruti rasa kecewa yang tidak membawa manfaat apa pun, mari kita singsingkan lengan, dan melakukan bagian kita, sekecil apa pun.

Awal Januari, tetanggaku (sebut saja Pak Koko) mampir ke rumah. Wah, dari koalisi apa ini?

Rupanya, Pak Koko mengajakku mendaftar sebagai KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Eh, makanan apa itu? Setahuku, KPPS itu yang mengurusi pencoblosan gitu.

"Tapi di tempat kerjaku susah izinnya, Pakde," balasku. "Kan tanggal 14 Februari semua libur." Oh iya... Tanpa pikir panjang, aku setuju. Asalkan Pak Koko juga ikut. Aku segera mengisi data diri via Google Form. Lanjut menyiapkan berkas dan tes kesehatan. Singkat cerita, aku pun lolos sebagai anggota KPPS.

Selesai soal? Tidak.

Kesibukan dimulai dengan acara pelantikan dan bimbingan teknis (bimtek, ada yang memplesetkan bimbingan teknologi). Kembali ke hal izin di tempat kerjaku. Aku harus mengomunikasikan pada waka agar dicarikan guru pengganti buat muridku. Ini tentu merepotkan teman-temanku. Mengorbankan perasaan dan kenyamanan.

Berikutnya adalah rapat-rapat persiapan hingga tengah malam. Kami pulang kerja, aku masih ada jadwal les, ada mertua juga datang dari kampung. Sering, lesku harus aku liburkan. Berkurang pemasukan.

H-2 kami bekerja bakti dan menyiapkan perlengkapan. H-1 logistik datang. Linmas dan beberapa anggota KPPS stand by di TPS untuk serah terima. Malamnya kami masih persiapan sampai larut malam. Esoknya, panitia harus tiba di TPS jam 06.00 waktu setempat, jam 07.00 mulai acara.

Proses pemungutan suara | dokumentasi pribadi 
Proses pemungutan suara | dokumentasi pribadi 

Hari H. Beberapa warga sudah menunggu di tempat tunggu. Acara dimulai dengan doa, lalu ketua KPPS mengambil sumpah janji anggota KPPS dan Linmas agar melaksanakan tugas sesuai nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

KPPS 1-7 di pos masing-masing. Warga menyerahkan surat undangan memilih dan menunjukkan KTP, ketua menandatangani kertas suara. Satu-persatu warga dipanggil sesuai urutan datang.

Hingga jam 10, TPS kami masih ramai. Akhirnya, pemungutan suara selesai jam 13.00 termasuk DPK (pemilih khusus) dan DPtB (pemilih tambahan). Berarti 6 jam pelaksanaan pemungutan suara. Istirahat satu jam, lanjut penghitungan dan rekapitulasi suara mulai jam 14.00 WIB.

Lama proses pemungutan suara, lebih lama lagi menghitung dan rekapitulasi. Harus tanda tangan ratusan kali. Syukurnya KPU menganggarkan untuk sewa printer yang ada scanner-nya. Sampai jam 5 dini hari, kerja hampir 24 jam nonstop. Wow! Syukurnya tidak ada selisih suara atau eror yang mengharuskan penghitungan ulang.

Proses penghitungan suara | dokumentasi pribadi 
Proses penghitungan suara | dokumentasi pribadi 

Parfum kami berubah menjadi aroma asam menyengat. Mulut menguap berkali-kali. Badan pegal semua. Syukurnya, kami tidak ada yang tumbang. Semuanya sehat. Di daerah lain, banyak anggota KPPS tumbang, tidak bisa menuntaskan tugas.

Perhitungan suara untuk Pilpres yang paling ramai dibanding Pileg. Siapa yang unggul di TPS Anda? Capres andalan, atau yang lain? Apa pun, kita berjuang dalam memberikan hak suara secara jujur dan sah.

Di luar siapa capres yang lebih unggul, berikut ini tiga mutiara yang aku dapat sebagai anggota KPPS.

1) Makin mengenal tetangga

Aku termasuk warga baru di wilayahku. Belum mengenal semua warga se-RW. Aku juga pembawaannya ekslusif, sulit memulai relasi dengan orang baru.

Dengan menjadi anggota KPPS, aku bisa mengenal warga lain, dari yang muda sampai dewasa. Bisa tahu dan mempelajari karakter orang lain khususnya dalam menghadapi masalah. Ini pun proses belajar.

Rekapitulasi suara | dokumentasi pribadi 
Rekapitulasi suara | dokumentasi pribadi 

2) Melayani masyarakat memakai hak suara

"Tuanku ya rakyat, jabatan cuma mandat", demikian slogan Ganjar Pranowo, salah satu Capres di Pemilu 2024.

Ungkapan ini jadi slogan sekaligus kritikan bagi para pejabat negara. Mereka mendapat jabatan agar membuat kebijakan yang pro rakyat, melayani rakyat. Faktanya, mayoritas pejabat justru melayani perut sendiri.

Tidak harus jadi pejabat dulu agar bisa melayani rakyat. Dari level terkecil di masyarakat, kita bisa melayani rakyat, menjadi anggota KPPS misalnya.

Packing surat suara untuk dikembalikan ke kantor Kecamatan | dokumentasi pribadi 
Packing surat suara untuk dikembalikan ke kantor Kecamatan | dokumentasi pribadi 

Sejak pelantikan, kerja bakti persiapan, hari H, penghitungan suara dan rekapitulasi hingga dini hari. Saat para warga sudah lelap di kasur empuk, anggota KPPS masih terjaga mengawal surat suara hingga dikumpulkan di kecamatan. Ini semua demi melayani masyarakat agar bisa memakai hak suaranya.

3) Usaha mengisi kemerdekaan

"Kemerdekaan telah kita raih, sehingga kita menjadi bangsa yang mandiri. Tugas kita saat ini tidak lagi melawan penjajah, tetapi mengisi kemerdekaan..." demikian ujarku kepada murid di kelas. Bak sedang berpidato di acara malam tirakatan RT.

Bagi murid, belajar tekun dan sungguh-sungguh, mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab, dan mengikuti upacara bendera. Bagi orang tua, bekerja dengan tekun dan jujur agar keluarga sejahtera. 

Menuntaskan misi, mengembalikan surat suara ke kantor kecamatan jam 5 pagi | dokumentasi pribadi 
Menuntaskan misi, mengembalikan surat suara ke kantor kecamatan jam 5 pagi | dokumentasi pribadi 

Bagi masyarakat, turut menjaga ketertiban umum, salah satunya menjadi anggota KPPS. Demi lancarnya pelaksanaan Pemilu 2024. Demi rakyat Indonesia bisa memakai hak pilihnya untuk mendapat sosok pemimpin yang paling tepat.

Selain pekerjaan utama kita, di bidang apa pun, asal tidak melanggar hukum dan norma di masyarakat; menjadi KPPS juga usaha mengisi kemerdekaan. Perkara apakah capres terpilih benar sesuai suara rakyat atau ada eror (manusia maupun mesin), kita sudah berjuang dengan terhormat.

Semogalah, Indonesia dipimpin oleh orang yang betulan mampu memperhatikan rakyat. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun