Nah, kepribadian muridku ini unik pula. Pendiam, pemalu, dan intonasi suaranya kurang jelas. Saat mengajar, aku harus memastikan berulang-ulang, apakah dia sudah mengerti atau belum. Di sinilah peranku mendidik. Harus membuat dia bertambah keterampilan dan pengetahuan dari kondisi sebelumnya.
Suatu hari, aku menyiapkan materi tentang benda-benda di sekitar. Satu lagi tips belajar Bahasa Inggris, mulailah dari benda-benda sekitar, akan lebih mudah dipahami dan diingat.
Aku mengunduh lalu mencetak beberapa gambar yang memiliki kemiripan fungsi/ penggunaan. Misalnya, ember, gayung, dan gelas adalah benda untuk menaruh air. Gunting, gergaji, dan pisau adalah alat untuk memotong benda. Dan beberapa gambar lainnya. Aku memotong gambar tiap benda.
Kumpulan gambar itu aku jajarkan di atas meja, lalu meminta muridku, Jane (disamarkan) mengamatinya. Dia setuju, semua benda itu pernah dia lihat dan tahu fungsinya. Aku meminta Jane memilih satu persatu gambar, lalu menyebutkan namanya dalam Bahasa Inggris.
Aku menerjemahkannya dalam Bahasa Indonesia, kutulis di drawing pad mainan, lalu meminta Jane menulis keterangan (melihat tulisanku) di bawah gambar. Kami mendiskusikan fungsi benda dalam gambar itu. Begitu seterusnya sampai semua gambar selesai dibahas.
Berikutnya, aku meminta Jane menempel gambar-gambar itu dikelompokkan menurut fungsi yang sama/ mirip. Di atas kelompok gambar itu, aku meminta Jane menulis keterangan, "Benda-benda ini berfungsi untuk..."
Selesai? Tidak.
Menyebutkan nama sudah. Menulis sudah. Mengelompokkan sudah. Tahap terakhir, presentasi.
Untuk presentasi pun, sama seperti anak SD mana pun, susah. Jane ini anaknya pemalu. Maka aku memberinya dorongan, "Kamu bisa!"
Dipegangnya lembar kerja. Perlahan, ada titik ragu, tapi ia berdiri juga. Rambutnya yang bergelombang terurai bebas, nyaman buat menutup wajah. "Rapikan rambutmu, baca perlahan, dan lihat ke arah Pak Kris."