Meski tidak seluas Danau Toba, naik perahu di Rawa Pening ini menimbulkan dag-dig-dug juga. Nanti kalau kenapa-kenapa bagaimana? Melihat anak kami antusias mau naik perahu, ketakutan kami langsung sirna.
Hari itu hari terakhir libur. Meski tidak penuh, pengunjung cukup padat. Syukur antriannya tidak lama. Biaya per kapal Rp120.000, bisa diisi oleh 5 orang dewasa, untuk mengitari Rawa Pening selama 30 menit.
Satu persatu kami telah memakai pelampung, tak ketinggalan anak kami (2 tahun). Ternyata pelampungnya kebesaran buatnya, menutup mulut dan sebagian wajahnya, hahaha. Kasihan, tapi demi keselamatan. Kami rombongan dengan dua unit perahu.
Biasanya anak kami akan menangis jika mengunjungi tempat atau melihat hal baru. Tapi, dia menurut saja dipakaikan pelampung. Sepanjang naik perahu ia juga anteng. Sesekali berdadah dengan om dan tantenya di perahu satunya di sana. Sesekali mau duduk di bangku tengah dengan Mbah.
Seru juga lho bisa berwisata naik perahu bersama keluarga. Apalagi lokasinya dekat dari rumah. Â Perbukitan membiru di jauh sana jadi background yang indah. Enceng gondok mewarnai beberapa sudut Rawa Pening.Â
Bagi ibuku, ini tentu yang pertama. Kerja keras telah menyita sebagian besar waktunya, jarang piknik. Bapakku? Anti-piknik. Perjalanan ini pun dia hampir tidak ikut.
30 menit berlalu. Puji Tuhan, kami mendarat dengan selamat. Kami mencari tempat duduk buat rehat. Bekal snack dan minum dinikmati. Si bayi asyik bermain tangga dan seluncuran yang tersedia.
Kami lanjut berjalan melewati 'isi perut' ular naga yang berisi beberapa tempat wisata sekitar Salatiga dan Semarang. Kenapa ada patung ular naga?